Jakarta, Gatra.com – Kecelakaan pesawat Sriwijaya Air JT-182 pada Sabtu (9/1) telah meninggalkan duka yang dalam bagi banyak pihak. Tim SAR gabungan sejauh ini masih berjibaku menemukan jasad korban dan serpihan pesawat. Menjelang itu suasana duka menyelimuti keluarga korban jatuhnya pesawat Sriwijaya Air JT-182 .
Untuk meminimalisir kondisi psikologis pada keluarga korban, Tim Trauma Healing Biro SDM Polda Lampung bekerja sama dengan DVI Biddokes Polda Lampung turun langsung memberikan pendampingan psikologis kepada keluarga korban kecelakaan pesawat Sriwijaya Air.
Pendampingan psikologis dilakukan dengan menyambangi kediaman ketiga keluarga korban di Tiyuh Toto Makmur, Kecamatan Batu Putih, Tulang Bawang Barat. Kabid Humas Polda Lampung, Kombes Pol Zahwani Pandra Arsyad mengatakan pendampingan tersebut merupakan bentuk pertolongan psikologis pertama kepada keluarga korban Sriwijaya Air SJ182.
“Psikologi First Aid atau PFA ini dilakukan dengan hadir mendampingi keluarga korban baik secara fisik maupun psikologis,” kata Pandra dalam keterangannya, Senin (11/1).
Pendampingan tersebut dilakukan terhadap keluarga Sugino Effendi, Pipit Piyono, dan Yohanes. Pandra mengatakan pendampingan itu diharapkan mampu memfasilitasi keluarga korban dalam menghadapi kecemasan yang tinggi saat menunggu kabar kejelasan informasi tentang keluarganya yang hilang dalam insiden tersebut.
"Ada pendekatan khusus kepada para keluarga korban yang sedang menunggu hasil informasi resmi dari DVI," kata Pandra.
Di kesempatan yang sama, Ketua Tim Trauma Healing Biro SDM Polda Lampung, AKBP Yuni mengungkapkan pendampingan dilakukan dengan berkomunikasi langsung melalui proses konseling untuk memfasilitasi reaksi emosional.
"Seperti ungkapan rasa sedih, cemas, marah dan penuh harap dari keluarga kondisi anggota keluarganya yang hilang," ujar Yuni.
Yuni menambahkan layanan dukungan psikososial itu diharapkan bisa mengurangi beban psikologis keluarga korban agar bisa terus bersabar.
"Dan tetap berdoa terbaik akan nasib para keluarganya atas kecelakaan maut itu seraya mempersiapkan kondisi psikologis keluarga korban untuk menghadapi kemungkinan terburuk mengenai kondisi korban," kata Yuni.