Pekanbaru,Gatra.com - Pegiat lingkungan hidup, Rawa el Almady, berharap Gubernur Riau Syamsuar melakukan peninjauan ulang program Riau Hijau. Menurutnya program peduli lingkungan hidup tersebut sejauh ini belum memiliki pengaruh ditengah masyarakat.
"Riau Hijau itu program yang baik, tapi bagaimana implementasinya, bagaimana rakyat bisa tergerak secara massal, itu yang belum tampak," ungkapnya kepada Gatra.com di Pekanbaru, Senin (11/1).
Adapun program Riau Hijau digulirkan Syamsuar sejak tahun pertama kepemimpinanya sebagai gubernur. Syamsuar menggulirkan program tersebut setelah berhasil menerapkan program Siak Hijau, saat menjadi bupati di Kabupaten Siak selama dua periode.
Dikatakan Rawa, keberhasilan program Siak Hijau bukan pijakan untuk mengukur keberhasilan program tersebut pada tingkat provinsi. Pasalnya, saat Syamsuar menjadi gubernur cakupan wilayah yang dibawah koordinasinya lebih luas dibandingkan saat menjadi bupati.
"Jadi Siak Hijau itu bukan jaminan berhasilnya Riau Hijau. Siak hanya meliputi satu kabupaten dengan aturan wilayah yang lebih mudah diatur, sedangkan tingkat provinsi cakupanya lebih luas. Dan setiap daerah juga sudah ada zonasi berdasarkan RTRW masing-masing," imbuhnya.
Selain perbedaan administrasi, gaung Riau Hijau juga terkendala isu utama yang kurang jelas. Menurut Rawa istilah "Hijau" pada topik lingkungan hidup sangat beragam, bukan sebatas program reboisasi atau sekadar memastikan Riau tanpa kasus kebakaran hutan dan lahan.
"Istilah hijau itu juga bisa diartikan bagaimana mengendalikan polusi sampah plastik, bagaimana membumikan aktivitas hemat energi, atau bagaimana mensiasati agar sungai tidak tercemar. Selain persoalan hutan tentunya," gumannya.
Riau sendiri kerap diterpa persoalan lingkungan hidup, mulai dari kebakaran hutan dan lahan, pengundulan hutan untuk urusan perkebunan, konflik satwa dengan manusia, hingga pencemaran sungai oleh limbah pabrik kelapa sawit.
Berdasarkan analisis Jaringan Kerja Penyelamat Hutan Riau (Jikalahari), sisa hutan alam di Riau hanya tinggal seluas 1.442.669 hektare. Sebagai perbandingan, merujuk pencatatan pengukuran luas hutan alam provinsi itu tahun 1982 seluas 6.727.546 hektare. Data itu didapat melalui Citra Landsat 8-OLI dan Sentinel-2.
Reporter: Febri Kurnia