Sragen, Gatra.com - Perjuangan kakak beradik asal Sragen, Jateng, Suyanto (40) dan Riyanto (32) untuk mencari penghidupan lebih baik bagi keluarganya harus berakhir tragis. Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 yang dinaikinya jatuh di perairan Kepulauan Seribu. Dua orang perantau ini berada bersama 60 orang lainnya di pesawat nahas itu.
Kepergian Suyanto dan Riyanto ke Pontianak memang sudah lama direncanakan. Kebutuhan hidup keluarga mendorong para kepala rumah tangga ini untuk kembali merantau. Kebetulan ada proyek di Pontianak yang membutuhkan tangan cekatan dua warga Desa Katelan, Kecamatan Tangen Sragen ini.
Keduanya ahli di membuat rolling door. Bahkan, mereka menerima pesanan secara borongan. Pekerjaan ini sudah lama diakrabinya sejak belum berumah tangga. Saat garapan menumpuk, terkadang hanya pulang sekali per dua pekan. Di awal 2021, keduanya kembali menerima orderan. Besar harapan keduanya mendapatkan cukup modal membangun hunian lebih baik.
"Kata suami saya, tahun ini akan mengawali segalanya lebih baik. Karena ada rencana bangun talud di samping rumah," kata Sri Wisnuwati, istri Suyanto kepada wartawan di rumahnya di Dukuh Girimulyo, Desa Katelan, Tangen, Sragen, Minggu (10/1).
Sri kedatangan tamu dari para tetangga dan kerabat. Mereka menunggu kabar dari mertua dan iparnya yang bertolak ke Jakarta usai mendengar musibah itu. Sri mengaku tak memiliki firasat buruk bakal ditinggal suami untuk selama lamanya. Bahkan, Suyanto tak berpesan apa-apa. Hanya saja ia meminta doa agar hasil swab PCR-nya negatif Covid-19.
"Syarat di tempat kerjanya di Pontianak harus swab PCR dulu. Suami dan adiknya memesan tiket untuk keberangkatan Sabtu pukul 06.00 WIB. Kontak dengan saya sudah check in di bandara pada jam itu. Tapi kemudian diberi kabar delay pukul 13.00 WIB. Terakhir WA saya pukul 13.30 WIB," ungkapnya.
Sedangkan Ernawati, istri Riyanto, mengatakan bahwa suaminya itu sedang menabung untuk merehab rumah. Sedianya, upah proyek di Pontianak dapat mempercepat cita-citanya itu terwujud. Wanita yang baru dua tahun dinikahinya, itu mengatakan, gawai suaminya sudah tak dapat dihubungi pada Sabtu (9/1) pukul 15.00 WIB. Padahal, anak semata wayangnya ingin mendengar suara bapaknya.
"Baru setahun umur anak kami. Setiap kali bapaknya mau kerja, klayu (rewel). Kemarin waktu mau berangkat ke Jakarta, harus nilapke dulu. Menunggu anak tidur, baru pergi," katanya.
Sebenarnya, berat bagi Ernawati merelakan suaminya merantau. Ia meminta Riyanto menunda keberangkatannya karena anak masih kecil.