Home Ekonomi Ini Penyebab Anjloknya Harga Sayur Mayur di Pagaralam

Ini Penyebab Anjloknya Harga Sayur Mayur di Pagaralam

Pagaralam, Gatra.com – Anjloknya harga sayur mayur hingga angka terendah dan sangat memukul bagi petani komuditi jenis hortikultura di Kota Pagaralam, Sumatera Selatan (Sumsel), dinilai beberapa faktor yang menyebabkannya.

Menginjak tahun baru 2021, petani sayur mayur di Kota Pagaralam, tidak ada pilihan selain menjual murah hasil panen sayur mayur ke agen atau pengepul. Mereka (petani) harus merugi, karena uang yang didapat hasil penjualan tidak sepadan dengan pengeluaran untuk perawatan tanaman sayur.

Seperti tomat, harga jual ke pengepul atau agen hanya Rp250 perkilogram. Harga ini merupakan angka tertendah, di mana petani harus menanggung kerugian yang sangat besar. Kemudian, kembang kol yang mengalami penurunan hingga 50 persen yakni semula Rp10.000 perkg, kini hanya dihargai Rp5.000 perkg. Demikian juga dengan daun sop, dari harga Rp4.000perkg, menjadi Rp1.000 perkg.

Kepala Dinas Perindagkop Kota Pagaralam, Dawam melalui Kepala Bidang Perdagangan Suprianto menuturkan, faktor yang dapat menyebabkan anjloknya harga sayur mayur, bukan hanya karena rendahnya permintaan di daerah-daerah pemasok sayur, seperti Kota Palembang dan sekitarnya.

Melainkan kurangnya varian sayur masyur yang ditanam petani. Dengan kata lain, banyaknya petani yang menanam jenis sayur mayur yang sama.

"Seharusnya Dinas Pertanian Kota Pagaralam, lebih aktif mensosialisasikan kepada petani untuk tidak seragam dan seretak dalam menanam sayuran, agar saat panen sayur tidak banjir dan mengakibatkan menurunya harga komoditi sayur," katanya kepada Gatra, Jumat (8/1) saat ditemui di tempat kerjanya.

Selian itu sambung Suprianto, hal ini (anjloknya harga sayur) juga diduga karena adanya permainan dari oknum agen.

Sementara disinggung langkah Pemko Pagaralam, agar harga sayur tetap stabil sehingga petani tidak menanggung kerugian yang teramat sangat besar, diakui pihaknya (Disprindagkop) belum ada upaya yang bisa dilakukan untuk menormalkan kembali harga komuditi sayur.

"Ke depan, kami bersama dinas terkait untuk lebih aktif lagi mendorong petani agar lebih produktif dan hasil jual yang memuaskan,” katanya.

Sementara, Maman (40) salah satu petani sayur (tomat) di Kota Pagaralam, mengatakan, melihat harga sayur saat ini untuk dapat mengembalikan modal perawatan saja sudah dianggap untung. Menurutnya, petani sayur di daerah sedang berduka, harus menanggung kerugian besar baik tenaga maupun finansial.

"Dengan harga tomat seperti ini, dipastikan kami rugi. Karena jangankan mendapatkan untung, biaya perawatan pun tidak akan tertutupi,” katanya.

Namun dari informasi yang diterima, kondisi ini tidak terjadi di daerah lain. Di mana harga sayur tetap stabil. “Kami dapat informasi, harga tomat di daerah lain masih stabil. Ini yang membuat kami aneh mengapa di Pagaralam anjlok,” ujarnya.

 

Reporter :Wawan Alamsya

1963