Cilacap, Gatra.com – Perajin tempe di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah kelimpungan kedelai menghilang dan harganya membumbung. Harga kedelai impor mencapai Rp9.500 per kilogram. Padahal, dalam kondisi normal kedelai hanya berharga Rp6.500 hingga Rp6.700 per kilogram.
“Sudah dua bulan ini naik terus. Naik Rp7.400, terus naik sekarang Rp9.500 per kilogram,” kata Tohariyun, perajin tempe di Desa Sidamulya, Kecamatan Sidareja, Kabupaten Cilacap.
Menurut dia kenaikan harga kedelai ini membuat banyak perajin tempe yang menghentikan produksi. Pasalnya, sulit untuk mendapatkan laba dari harga kedelain yang tinggi itu.
Dalam kondisi harga normal, tiap hari, Tohariyun memproduksi tempe dengan bahan baku sekitar 100 kilogram kedelai. Akan tetapi, kini produksinya dikurangi hanya antara 80-90 kilogram per hari.
“Dikurangi agar stok kedelai yang ada bisa lebih lama. Kalau memaksakan bikin 100 kilogram, juga tidak untung. Ya hanya kerja bakti saja,” ucapnya.
Tohariyun mengaku tak bisa menaikkan harga tempe atau memperkecil ukuran. Sebab, pelanggan dipastikan akan berpindah ke pemasok atau perajin tempe lainnya.
“Tidak bisa. Sulit kalau harganya dinaikkan. Pelanggan pasti juga protes kalau ukuran tempenya dikurangi,” ujarnya.
Dia mengaku bersyukur masih bisa mempekerjakan tujuh orang karyawannya. Sebab, banyak perajin lain yang kini sudah menghentikan produksi.
Perajin berhenti memproduksi tempe karena langkanya kedelai. Ia sendiri mengaku cepat mendapat pasokan kedelai karena rumahnya berdekatan dengan gudang distributor kedelai lokal dan impor.
“Penyuplai juga belum tahu kapan harganya akan normal. Kalau sekarang yang penting melayani pelanggan dulu,” jelasnya.