Surabaya, Gatra.com - Pemerintah Kota (pemkot) Surabaya sebelumnya sempat akan membuka kembali kegiatan belajar mengajar tatap muka di sekolah pada Januari 2021. Namun, rencana tersebut urung dilakukan.
Pemkot kini menyatakan bahwa kegiatan belajar mengajar tatap muka masih terus dilakukan secara daring atau online. Alasannya, pembelajaran daring tersebut adalah instruksi langsung dari pemerintah pusat, dalam hal ini adalah Kementerian Dalam Negeri.
"Instruksi dari (pemerintah) pusat. Sebenarnya, dari aspek kesiapan, kami sudah siap (buka sekolah)," kata Plt Wali Kota Surabaya Wisnu Sakti Buana singkat kepada wartawan, Kamis (7/1).
Ia menjelaskan, urungnya pemkot Surabaya membuka kembali kegiatan belajar mengajar di sekolah bukan hanya karena instruksi pemerintah pusat. Tapi juga karena tidak banyak wali siswa yang mengizinkan anak-anaknya kembali belajar di sekolah.
Selain itu, pembelajaran tatap muka juga belum menarik minat para wali siswa. Sebagaimana diketahui, syarat pembelajaran tatap muka pada masa pandemi saat ini, juga harus se-izin wali siswa.
"Tapi dari sisi data sendiri, untuk melakukan pembelajaran tatap muka, itu harus persetujuan wali murid. Nah, data kami menunjukkan bahwa orang tua yang membolehkan anaknya ke sekolah itu sangat kecil. SMP saja hanya sembilan persen," jelas Wisnu.
Meski demikian, Wisnu menyatakan pihaknya telah mengarahkan semua kepala sekolah dan wali siswa mengawasi langsung proses belajar mengajar. Ia memastikan kualitas kegiatan belajar mengajar dan pemahaman siswa terhadap mata pelajaran, tetap terjaga.
Kader PDI Perjuangan tersebut juga akan membuat konsep kegiatan belajar mengajar yang berbeda saat pemerintah telah memberi lampu hijau untuk pembelajaran tatap muka. Katanya, konsep pembelajaran tatap muka nantinya tidak akan bersifat wajib.
Terkait kuota internet untuk kegiatan belajar mengajar daring, Wisnu menyatakan bahwa pihaknya masih terus mengupayakan hal itu. Pemkot juga masih menyalurkan bantuan dari pemerintah pusat berupa kuota internet untuk 218 ribu siswa SD negeri dan 105 ribu siswa SMP negeri di Surabaya.