Jakarta, Gatra.com - Polri menegaskan bahwa Satgas Pangan Bareskrim Polri belum menemukan importir yang melanggar aturan dengan menimbun kedelai sehingga menyebabkan harga makanan dari bahan itu meroket di pasar. Pihaknya hingga kini masih dalam tahap memantau gudang importir.
"Jadi saya sampaikan bahwa Satgas Pangan belum menemukan pelanggaran terkait itu. Tadi saya sampaikan adalah mengapa persoalan di lapangan terjadi kenaikan (harga kedelai) tersebut, supaya tidak terjadi simpang siur," kata Kepala Bagian Penerangan Umum Humas Polri, Kombes Pol Ahmad Ramadhan saat konferensi pers di Gedung Bareskrim Polri, Rabu (6/1).
Ahmad menambahkan, melambungnya harga pangan dari kedelai mungkin bisa menimbulkan kecurigaan dari masyarakat. Maka dari itu, Satgas Pangan melakukan sidak ke beberapa tempat.
"Mungkin ada kecurigaan dari masyarakat atau ada penimbunan segala macam sehingga tadi harus dipahami, diketahui oleh masyarakat umum bahwa kenaikan tadi sebabnya sudah disampaikan," jelasnya.
Sebelumnya, Kepala Divisi Humas Polri, Irjen Pol Argo Yuwono menyebut, Satgas Pangan Bareskrim Polri sudah melakukan pengecekan ke gudang-gudang importir kedelai pada Selasa (5/1).
Adapun gudang yang dicek itu berada di Bekasi, yakni, PT Segitiga Agro Mandiri. Perusahaan itu bergerak di bidang impor kedelai ex Amerika dengan kapasitas antara 6.000 hingga 7.000 ton per bulan.
"Bahwa kedelai impor tersebut selain diperuntukan guna pemenuhan industri tahu dan tempe untuk kualitas II juga dipergunakan untuk proses pakan ternak dan proses pembuatan minyak kedelai serta produk turunan lainya," ujar Argo dalam keterangan resminya, Rabu (6/1).
Lalu, distribusi ke UMKM industri tahu dan tempe ke wilayah Jabodetabek dan Bandung Jawa Barat dengan pendistribusian antara 250-300 ton per hari dan stok tersisa saat ini sebanyak 2.500 ton.
Kacang kedelai tersebut disalurkan melalui distributor dengan harga saat ini Rp8.600 per kilogram terjadi kenaikan sekitar Rp1.000 sejak pertengahan bulan Desember 2020.
"Didapat informasi dari staff perusahaan tersebut, kenaikan harga disebabkan karena selain harga beli di negara asal terjadi kenaikan yang sebelumnya 6.800 menjadi 8.300 juga disebabkan dikarenakan sejak pertengahan bulan Oktober-Desember 2020 kapal yang langsung tujuan Indonesia sangat jarang sehingga menggunakan angkutan tujuan Singapura dan sering terjadinya delay dikarenakan menunggu waktu dalam konekting ke Indonesia sehingga keterlambatan antara 2- 3 minggu," papar Argo.
Kemudian pengecekan kedua dilakukan di PT FKS Mitra Agro di Pasar Kemis Pasir Jaya Cikupa Tangerang. Dari pemeriksaan itu diketahui bahwa pada tanggal 31 Desember 2020 kedelai masuk sebanyak 533,29 ton dan sudah didistribusikan sebanyak 79 ton, sisa stok per 31 Desember 2020 sebanyak 474,29 ton.
"Bahwa pada tanggal 4 Januari 2021 kedelai masuk sebanyak 460,22 ton dan sudah didistribusikan sebanyak 76 ton, sisa stok per 4 Januari sebanyak 384,22 ton. Sisa stok per tanggal 5 Januari 2021 sebanyak 858,51 ton," ucap Argo.
Selanjutnya, PT Sungai Budi di Daan Mogot, Kota Tangerang, Banten. Ditemukan fakta bahwa pada tanggal 4 Januari 2021 kedelai masuk sebanyak 400 ton dan sebanyak 300 ton sudah siap didistribusikan ke konsumen, sehingga sisa stok saat ini per 5 Januari 2021 sebanyak 100 ton.