Palembang, Gatra.com -
Direktur Eksekutif Hutan Kita Institute (HaKI), Aidil Fitri menyebutkan saat ini deforestasi atau hilangnya hutan akibat kegiatan manusia terus terjadi di Sumsel. Hal ini mengancam kondisi perhutanan di Bumi Sriwijaya.
Berdasarkan data HaKI, total lahan yang mengalami deforestasi sejak 2019 hingga 2020 yakni seluas 37.170 hektare.
Aidil mengatakan lokasi deforestasi ini terjadi di Banyuasin seluas 21.954 hektare, Musi Banyuasin seluas 9.976 hektar. Muara Enim seluas 2.038 hektare, Ogan Komering Ilir (OKI) seluas 1.724 hektar. Ogan Komering Ulu (OKU) seluas 766 hektare, OKU Selatan seluas 576 hektare, OKU Timur seluas 81 hektare dan Lahat seluas 55 hektare.
Deforestasi ini disebabkan oleh pembukaan lahan baru untuk infrastruktur, pertanian dan perkebunan. Selain itu juga disebabkan adanya kebakaran hutan dan lahan, perambahan dan pembalakan liar.
"Ini seharusnya dilindungi pemerintah tapi justru mengalami deforestasi," katanya disela pemaparan dalam outlook series Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Palembang, Rabu (6/1).
Dijelaskannya, kebakaran hutan di tahun 2020 memang sedikit hanya 400 hektar. Ini dikarenakan tahun basah akibat hujan. Namun, meskipun hujan tetap saja terjadi karhutla. Ini membuktikan kurangnya pengawasan dan lemahnya penegakan hukum.
Saat ini yang lebih mengkhawatirkan yaitu ancaman deforestasi oleh jalan tambang yang berada di perbatasan Sumsel-Jambi yang berada di daerah konsesi hutan harapan atau tepatnya di Sungai Lalan. Padahal hutan di Sumsel yang masih berkualitas bagus yakni berada di perbatasan Sumsel-Jambi.
Jika jalan tambang ini beroperasi maka Sumsel harus bersiap kehilangan hutan yang berkualitas. "Akibatnya nanti terhadap bencana ekologi dan konflik masyarakat karena disana masih ada suku anak dalam," tutupnya.