Slawi, Gatra.com - Mahalnya harga kedelai turut berdampak kepada para produsen tempe di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah. Salah satu produsen tempe bernama Tofa dari Desa Debong Wetan, Kecamatan Dukuturi, mengungkapkan harga kedelai naik dari harga Rp 7.000 menjadi Rp 9.200 per kilogram sangat berdampak pada usahanya.
"Dampaknya biaya produksi semakin naik, sedangkan omset lagi menurun. Biasanya dari omset ada yang buat simpenan, ini cuma cukup buat bayar kuli (pekerja) saja," kata Tofa, Rabu (6/1).
Tofa pun harus memutar otak agar usahanya bisa tetap bertahan di tengah tingginya biaya produksi. Salah satunya dengan memperkecil ukuran tempe yang diproduksi dan mengurangi jumlah produksi.
"Terpaksa ukuran tempe ada diperkecil daripada menaikan harga. Kalau harga dinaikan pembeli bisa tambah berkurang, ini saja pembeli sudah berkurang karena ukuran tempenya diperkecil," ungkapnya.
Selain mengurangi ukuran tempe yang dibuat, Tofa juga harus mengurangi produksi. Biasanya Tofa bisa memproduksi hingga dua kuintal lebih. Sejak harga kedelai melambung, tempe yang diproduksi hanya satu kuintal.
"Sekarang produksinya paling banyak satu kuintal setengah. Ya gimana lagi, biar tidak rugi," ujarnya.
Menurut Tofa, jika harga kedelai yang menjadi bahan baku utama tidak turun, maka akan banyak produsen tempe yang menutup usahanya. Sebab pemasukan tidak sebanding dengan biaya produksi.
"Kalau sekarang yang saya tahu kayanya masih jalan semua, tapi kalau usaha yang kecil-kecil mungkin ada yang berhenti, yang sulit untuk
penjualannya," ujar dia.