Karanganyar, Gatra.com - Kenaikan harga kedelai impor membuat perajin tahu tradisional mengurangi takaran produksi. Ini merupakan alternatif cara selain menaikkan harga jual.
Perajin tahu asal Kampung Cerbonan, Karanganyar, Jawa Tengah, Didik Teguh mengatakan harga normal kedelai impor Rp6.500-Rp7.000 per kilogram. Namun naik Rp2.000 perkilogram sejak sebulan lalu.
"Beli bahan bakunya dari tengkulak di Pasar Palur. Langsung dari gudangnya sudah naik. Ini bukan hal baru sebenarnya. Tahun lalu juga pernah naik," kata Didik kepada Gatra.com di rumah produksinya, Selasa (5/1).
Tiap kali mengalami kenaikan harga kedelai impor, ia selalu mengurangi jumlah produksinya. Pria yang meneruskan usaha orangtuanya ini mengaku modalnya terbatas. Takaran yang dikurangi tidak pasti. Namun ia memisalkan, jika kondisi normal takaran per cetakan 100 kilogram, maka dikurangi 0,5 kilogram.
"Cetakannya sama. Jumlah potongan sama. Hanya saja ukuran tebal beda. Normalnya tebal 5 cm menjadi 4,5 cm atau 4 cm. Agak tipis," jelasnya.
Perubahan ukuran bukan tidak disadari konsumen. Banyak diantaranya mengeluhkannya.
Saat ditanya mengapa lebih tipis, Didik menyebutkan bahwa bahan baku sedang mahal. "Kebanyakan memahami. Tidak malah beralih ke produsen lain. Sebab rata-rata juga melakukan hal sama, mengurangi ukuran," katanya.
Opsi menaikkan harga jual namun dengan ukuran standar, lanjutnya, bukanlan keputusan bijak. Itu justru bakal membuat konsumen beralih lapak. Menurutnya, harga kedelai naik bakal berangsur pulih.
Didik menjual tahunya secara partai sedang ke pengecer di pasar-pasar tradisional. Ia juga melayani penjualan eceran bagi pembeli rumah tangga. Per potong tahu mentah Rp200-Rp800 tergantung ukurannya.
Sementara itu Kepala Dinas Perdagangan Tenaga Kerja Koperasi dan UMKM Karanganyar, Martadi mengaku pihaknya sudah melaporkan kenaikan harga kedelai impor ke Bagian Perekonomian. Selanjutnya, akan ditelusuri penyebab komoditas itu mengalami kenaikan harga. Ternyata, sejumlah komoditas lain juga mengikuti.
"Apakah karena ada hambatan distribusi atau memang karena panen kurang bagus, belum diketahui pasti," kata Martadi.