Home Ekonomi Dongkrak Jamu Racikan Ala Desa Air Hitam

Dongkrak Jamu Racikan Ala Desa Air Hitam

Labuhanbatu Utara, Gatra.com - Jamu serbuk berbahan dasar kencur, temulawak, kunyit dan jahe merah racikan warga Desa Air Hitam, Kecamatan Kualuh Leidong, Kabupaten Labuhanbatu Utara (Labura), Provinsi Sumatera Utara, memiliki pulang besar untuk merebut pasar.

Terlebih saat penyebaran pandemi Covid-19 yang tidak kunjung mereda, selain mampu menambah imunitas atau kekebalan tubuh, jamu olahan tradisional ini berpotensi meningkatkan ekonomi masyarakat yang terdampak pandemi.

Seperti cerita Adi, seorang pembuat jamu, warga Desa Air Hitam mengatakan peluang merebut pasar itu jika melihat kebutuhan akan ramuan peningkat imun tubuh. Selain masa pandemi, jamu-jamuan juga merupakan asupan untuk menjaga kesehatan.

"Apalagi inikan asli bahannya, ada jahe merah, temu lawak, kunyit maupun kencur. Nah, bahannya itu dibelender hingga menjadi halus. Makanya lebih natural dan asli," terangnya,Senin (4/1).

Adi sebenarnya telah lama mengolah bahan-bahan tersebut menjadi serbuk jamu. Dalam membuat jamu ia ditemani istri serta pembuat jamu lainnya yakni, Ponirah, Marnisah dan Fahmisiraj.

Belakangan banyaknya permintaan membuat produksi usaha rumahan ini mereka tingkatkan. Salah satu konsumen setia racikan jamunya itu adalah  karyawan perusahaan perkebunan kelapa sawit.

"Jika telah menjadi serbuk jamu, biasanya dibanderol harga per perkilonya untuk serbuk instan kencur temu lawak dan kunyit seharga Rp100.000 dan serbuk jahe merah sebesar Rp120.000. Dalam sebulannya bisa menghasilkan 40 hingga 50 kilogramnya serbuk rempah," paparnya.

Usaha yang dapat menopang perekonomian ini ternyata memiliki beberapa kendala seperti keterbatasan lahan maupun bibit.

Adi mengaku saat ini masih mengandalkan pekarangan sendiri, sedangkan bibit dibeli dari pusat perbelanjaan.

Tidak  hanya itu saja, alat penggilingan rempah- rempah masih sangat tradisional, karena memanfaatkan alat dapur seperti blender, panci, kompor dan lainnya.

"Pasarnya sangat berpotensi. Cuma lagi ya gitu, masih tradisional. Kalau bisa kami diberikan bantuan agar produksinya lebih banyak," ujar Adi berharap.

265