Washington, D.C, Gatra.com - Kapal induk AS USS Nimitz akan tetap berada di wilayah Teluk karena ancaman baru-baru ini oleh Iran.
Pernyataan itu diungkapkan Pentagon pada Minggu, menyusul laporan meningkatnya ekalasi di wilayah Teluk.
Nimitz telah berpatroli di perairan Teluk sejak akhir November, namun sejumlah media Amerika pekan ini menyebut bahwa penjabat menteri pertahanan AS, Christopher C. Miller, telah memerintahkan kapal tersebut untuk pulang.
The New York Times, mengutip pejabat AS, mengatakan langkah ini adalah bagian dari sinyal "de-eskalasi" ke Teheran, untuk menghindari konflik di hari-hari terakhir Presiden Donald Trump menjabat.
Namun, Miller mengeluarkan pernyataan yang bertentangan pada Minggu malam.
"Karena ancaman baru-baru ini yang dikeluarkan oleh para pemimpin Iran terhadap Presiden Trump dan pejabat pemerintah AS lainnya, saya telah memerintahkan USS Nimitz untuk menghentikan pemindahan rutinnya," katanya.
“USS Nimitz sekarang akan tetap ditempatkan di wilayah operasi Komando Pusat AS. Tidak ada yang meragukan tekad Amerika Serikat," tambahnya, dikutip AP, Senin (4/1).
Pernyataannya datang satu tahun setelah serangan pesawat tak berawak AS di Baghdad menewaskan komandan terhormat Iran Qassem Soleimani dan letnan Iraknya Abu Mahdi al-Muhandes.
Ribuan pelayat Irak meneriakkan "balas dendam" dan "tidak untuk Amerika" pada hari Minggu.
Peringatan serangan drone Baghdad juga ditandai dalam beberapa hari terakhir di seluruh Iran dan oleh para pendukung di Suriah, Lebanon, Yaman dan tempat lain.
Trump secara sepihak menarik AS dari kesepakatan nuklir penting dengan Iran dan kekuatan dunia pada 2018, dan meluncurkan kampanye "tekanan maksimum" terhadap Teheran, dengan menerapkan kembali dan memperkuat sanksi untuk melumpuhkannya.
Kedua negara sudah dua kali berada di ambang perang sejak Juni 2019, terutama setelah pembunuhan Soleimani.
Beberapa hari setelah pembunuhan Soleimani, Iran meluncurkan tembakan rudal ke pangkalan Irak yang menampung AS dan pasukan koalisi lainnya, meski Trump masih menahan diri dari tanggapan militer lebih lanjut.