Home Info Sawit Cerita Anak Petani Sawit Sungai Sembilan

Cerita Anak Petani Sawit Sungai Sembilan

Yogyakarta, Gatra.com – Kalau saja wakil kepala Sekolah Menengah Kejuruan 4 Kota Dumai Provinsi Riau itu tak mengabari bahwa ada beasiswa dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), bisa jadi Sugianto Bobbi Hutasoit masih tetap akan berada di kampungnya di kawasan Lubuk Gaung kecamatan Sungai Sembilan.

Sebab mau kuliah jalur umum, orang tuanya sudah memastikan tak akan mampu. Maklum, abangnya Frans Judika masih butuh biaya untuk menyelesaikan kuliahnya di Stiper Yogya yang masuk lewat jalur umum. Terus adiknya yang nomor tiga juga butuh biaya menyelesaikan SMK nya.

Sementara hidup mereka hanya dari hasil kebun sawit seluas 3 hektar yang hasilnya rata-rata hanya sekitar 2 ton sebulan. Untung saja ayahnya masih berusaha bertani cabai dan emaknya mengutip berondolan kebun orang lain.

“Saya ikut juga mendodos (memanen kelapa sawit) dan bersihkan kebun, Pak,” cerita anak kedua dari empat bersaudara ini saat berbincang dengan Gatra.com di kantin kampus Akademi Komunitas Perkebunan Yogyakarta (AKPY) di kawasan Sleman Yogyakarta itu, tiga pekan lalu.

Dapat info beasiswa tadi kata lelaki yang jamak disapa Bobbi ini, dia pun mulai mempersiapkan syarat yang dibutuhkan.

“Lantaran di tempat saya sinyal susah, saya terpaksa ke kawasan Simpang Pulai, sekitar 6 kilometer dari rumah. Di sana ada sinyal HP. Di situlah saya upload berkas secara online. Walau 6 kilometer, lumayan juga itu pak lantaran di tempat kami belum jalan aspal,” katanya tertawa.

Waktu tes kata Bobbi, dia terpaksa ke Dumai, bergabung bersama 29 bakal calon mahasiswa lain yang sama-sama mengadu nasib.

“Saya test untuk AKPY dan LPP Yogya. Sempat juga ikut test Stiper beasiswa Sinar Mas, tapi enggak lulus pak. Syukurlah di AKPY saya lulus. Saya ambil jurusan budidaya tanaman,” katanya.

Mendengar Bobbi lulus beasiswa, orang tuanya benar-benar bangga, begitu juga para tetangga, sebab tak banyak anak-anak yang kuliah dari sana, apa lagi yang lulus beasiswa.

Waktu akan berangkat ke Yogya, Bobbi langsung menyimpul pesan orang tuanya kuat-kuat. “Bagus-bagus belajar di sana, sopan dan ikuti pelajaran dengan baik. Usahakan masuk 10 besar. Bisa atau tidak, semua ada di tanganmu, yang pasti, kalau kau kerja keras kau akan berhasil,” begitulah pesan orangtuanya itu.

Bagi Bobbi, sawit adalah masa depan. Itulah makanya dia semakin semangat untuk kuliah di sawit.

“Sawit ini luar biasa. Walau ada covid, sawit tetap lancer. Kelak, saya musti punya kebun sawit sendiri dan berkarir di dunia perkebunan sawit,” tekadnya.


Abdul Aziz

 

93