Jakarta, Gatra.com - Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito mengatakan, berbagai lembaga penelitian biologi molekuler berencana melakukan lebih banyak pemetaan dan surveilans terhadap genome virus Sars Cov-2.
Metode yang digunakan yakni Whole Genome Sequencing (WGS) terhadap sampel klinis dari berbagai daerah.
“Pemerintah berkomitmen melakukan penguatan surveilans virologi agar dapat memutus mata rantai penularan Covid-19. Hal ini merupakan aspek penting untuk memetakan sebaran jenis virus yang tersebar di Indonesia,” kata Wiku, Jumat (1/1).
Tujuannya, untuk mendeteksi potensi strain virus baru yang dapat berpengaruh dalam mekanisme penanganan Covid-19 saat ini.
Ia menjelaskan, genome atau materi genetika dari suatu organisme seperti virus, bakteri, atau seorang manusia terdiri dari DNA. Antar sesama organisme misalnya pada sesama virus Sars Cov-2, struktur DNA-nya bisa berubah atau berbeda sehingga dapat mempengaruhi kemampuan menginfeksinya.
“Prosedur WGS merupakan suatu upaya untuk melihat urutan kode genetika. Pada umumnya terdapat empat tahapan dalam proses WGS khususnya untuk mengidentifikasi virus Covid-19,” ujarnya.
Pertama, DNA sharing atau pemotongan DNA. Dalam tahap ini, dilakukan pemotongan molekuler pada DNA virus menjadi bagian-bagian yang lebih kecil lagi agar dapat dibaca oleh mesin pengurutan DNA.
Selanjutnya, di tahap kedua, dilakukan DNA barcoding atau pengkodean DNA. Pemberian kode atau tag, atau bisa disebut juga memberi barcode untuk mempermudah mengidentifikasi DNA virus.
Ketiga, WGS yang merupakan proses memasukkan DNA dari beberapa sampel virus ke dalam alat yang disebut whole genome squencer . Alat ini akan menggunakan barcode untuk melacak asal kepemilikan DNA tersebut.
Keempat,tahap analisis data yaitu proses untuk membandingkan urutan DNA virus dan mengidentifikasi perbedaannya. Karena banyaknya perbedaan ini dapat memberi informasi bagaimana tingkat kedekatan strain virus dan kemungkinan memiliki kekuatan untuk menimbulkan gejala yang smaa pada manusia.
“WGS pada prinsipnya untuk memahami distribusi dan pola penyebaran virus serta memberi informasi mengenai karakteristik dari masing-masing isolat di tiap daerah, yang tentunya bermanfaat untuk penanggulangan dan pencegahan,” jelas Wiku.