Jakarta, Gatra.com - Pihak berwenang masih menyelidiki benda yang ditemukan nelayan Saeruddin, 60, saat melaut di sekitar kepulauan Selayar Sulawesi Selatan pada 20 Desember 2020.
Dari foto-foto yang beredar di media dan media sosial, benda berbentuk torpedo sepanjang 225cm dan berat 175 kg. Memiliki sepasang sirip berukuran 50 cm. Ujung belakangnya terdapat satu ekor vertikal. Di buritan ada antena 93 cm. Bagian moncongnya ada rangkaian sensor. Ciri-ciri fisik itu mirip dengan UUV (Unmanned Underwater Vehicle) Sea Wing milik Cina. Dugaan ini pertamakali diungkapkan pengguna twitter @Jatosint.
Menurut laman Navalnews, UUV Sea Wing ini dikenal sebagai drone dengan tipe glider. Tipe ini bergerak dengan mekanisme yang disebut variable-buoyancy propulsion. Semacam mekanisme balon menggelembung dan mengempis dengan medium minyak bertekanan. Karena mekanisme itu, drone akan menyelama sebelum naik ke permukaan lagi. Proses itu menyebabkan drone bergerak menjelalah. Kendalinya dibantu sayap. Dalam perjalanan itu mereka mengumpulkan data.
Data yang bisa dikumpulkan sangat beragam tergantung misinya. Menurut pakar telematika Gunaris Shiddigq fungsinya untuk mapping dan telemetri. "Ada banyak sekali kegunaan. Termasuk monitoring, piloting dan komunikasi," katanya pada Gatra, Kamis (31/12). Wahana dilengkapi sensor-sensor pendukung seperti kamera, pengukur suhu dan tekanan air, suhu, posisi dan banyak lainnya.
Gunaris menduga bisa jadi wahana itu adalah Littoral Battle Space Sensing-Glider yang fungsinya mengumpulkan data oseanografi dan kapasitas baterai Lithiumnya bisa beroperasi selama 30 hari nonstop. Penggunanya bisa mendapatkan informasi tentang jumlah ikan, bentuk-bentuk relung, peta relief laut, lekukan garis pantai, arus laut, terumbu karang, obstacle, benda-benda bersejarah dan berharga didalam laut dan sejenisnya.
Dia menduga UUV itu hanyut ke wilayah teritorial Indonesia meskipun tidak menutup kemungkinan sengaja dioperasikan di wilayah Indonesia. "Saya tidak tahu pasti," katanya.
Melalui akun FB-nya, alumni Institut Teknologi Sepuluh November ini menyarankan beberapa langkah antisipasi agar agar benda itu bisa diteliti dengan metode digital forensik. Mulai dari memindahkan, men-jammer frekuensi agar tidak dikontrol dari jauh oleh pemiliknya hingga membongkar jeroannya untuk mengesktraksi data yang tersimpan.
Dia mengingatkan beberapa teknologi canggih dari Israel, US dan Swedia, memiliki kemampuan self destruction jika RTH (Return To Home/kemampuan drone untuk secara otomatis bergerak kembali ke titik berangkat) tidak berfungsi. “Perusakan ini pada seluruh sistem menggunakan peledak dan ada yang sebagian saja terutama pada media rekam (erase, formatting, dll), " tulisnya di laman FB.
Ini bukan pertama kalinya drone yang diduga Sea Wing ditemukan di perairan Indonesia. Pada Januari 2020, ditemukan di dekat Kepulauan Masalembu. Pada Maret 2019, ditemukan di perairan sekitar Kepulauan Riau. Ketiga kelompok pulau ini terletak di perairan yang merupakan bagian penting dari beberapa rute maritim yang membentang antara Samudra Hindia dan Laut Cina Selatan.