Jakarta, Gatra.com - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, menyampaikan bahwa La Nina bukan hanya berpotensi menimbulkan bencana hidrometeorologi, tetapi juga membawa berkah yang harus dimanfaatkan.
Dwikorita saat membuka webinar KedaiIklim#4 BMKG bertajuk "La Nina: Manfaatkan Air Hujan Berlimpah Untuk Kesejahteraan dan Pengurangan Risiko Bencana Hidrometeorologi", mengatakan, selama ini La Nina lebih dipandang dari sisi negatifnya, yakni soal terjadinya bencana hidrometeorologi.
"Padahal, dalam enam kali La Nina dalam periode 30 tahun terakhir, telah terjadi surplus air tanah tahunan di Waeapo-Pulau Buru sebesar 775 mm, atau setara dengan 222% dari kondisi normalnya," ujar dia dikutip dari laman BMKG pada Rabu (30/12).
Menurut Dwikorita, itu mengindikasikan bahwa La Nina bukan hanya mempunyai sisi ancaman, tetapi membahwa peluang yang harus dimanfaatkan. Peluang tersebut di antaranya panen hujan dan surplus air tanah.
Peluang lainnya, lanjut Dwikorita, yakni peningkatan produktivitas pertanian yang memerlukan banyak air dan pemanfaatan telaga yang muncul selama tahun basah untuk budidaya ikan air tawar semusim.
"Kita bisa mengambil berkah dari fenomena La Nina sehingga para petani di wilayah yang sudah terkenal selalu kering dan kekurangan air, bisa melakukan pemanenan air, dan di akhir musim kemarau transisi, yaitu September-Oktober masih bisa melakukan pemanenan kacang tanah," ujarnya.
Dwikorita pun mengharapkan webbinar ini bisa melahirkan berbagai masukan dari para pakar dan panduan untuk mengambil sisi positif dari La Nina yang merupakan bagian dari variabilitas sistem iklim global berulang dan memiliki siklus 2-8 tahun.
Selain itu, webbinar ini diharapkan dapat menggali dampak positif dari peluang air hujan yang berlebih serta meningkatkan sinergisme antara kementerian, lembaga, dan masyarakat untuk penurunan risiko bencana hidrometeorologi dalam tahun basah La Nina.
Senada dengan Dwikorita, Dekan Sekolah Vokasi UGM, Agus Maryono, menyampaikan bahwa tanah basah harusnya bisa dimanfaatkan. Bencana akibat La Nina harus dijadikan pemicu lahirnya berbagai kemajuan di berbagai bidang.
"Kemajuan dalam segala bidang, misalnya pengetahuan, penemuan rekayasa teknologi dan industri, penyediaan sandang, papan dan pangan, daya juang dan motivasi bangsa, sikap tanggap dan peduli serta menjaga alam dan lingkungan," katanya.
Pakar ekohidrolik dan pelopor restorasi sungai Indonesia ini, melanjutkan, daerah kering dan semi kering juga dapat memanfaatkan air berlimpah. Air tanah bisa maksimal terisi begitu pula dengan danau, situ, serta telaga. Alur sungai juga bisa sempurna terbentuk.
Untuk memanfaatkan dampak positifnya, Agus berpendapat bahwa pemerintah atau pihak terkait harus membuat masyarakat melakukan suatu gerakan untuk menangkap peluang, misalnya memetakn potensi-potensi sungai yang dapat dimanfaatkan untuk mitigasi maupun untuk pemanfaatan potensi wisata, sumber air, dan perikanan.
"Kalau ada bencana mereka siap karena mereka tahu di mana titiknya dan kalau tidak ada bencana, mereka juga tahu manfaatnya sehingga bisa mengungkit kesejahteraan masyarakat," ujarnya.
Rizaldi Boer dari Pusat Pengelolaan Risiko dan Peluang Iklim Institut Pertanian Bogor (IPB), mengatakan, La Nina punya manfaat bagi pertanian pangan. La Nina mempunyai dampak positif, antara lain peluang percepatan tanam, perluasan area tanam padi baik di lahan sawah irigasi, tadah hujan, maupun ladang.
Dampak positif lainnya, yaitu meningkatkan produksi perluasan lahan pasang surut, lahan pesisir akan berkembang lebih baik karena salinitas dapat dikurangi dan perikanan darat bisa dikembangkan lebih awal.
Untuk mengurangi dampak La Nina, menurut dia, perlu pembinaan kepada para petani tentang metode pengeringan dan penyimpanan benih, karena saat La Nina, curah hujan tinggi yang dapat memengaruhi kualitas benih. Masyarakat juga perlu membangun gudang benih dan menyediakan varietas padi tahan rendaman serta penyesuaian aplikasi pupuk.
Petani juga dapat memanfaatkan dampak positif La Nina dengan meningkatkan areal tanam pada musim hujan dan khususnya pada lahan kering. Memanfaatkan mundurnya akhir musim hujan dengan tanaman umur pendek dan berekonomi tinggi. Serta adaptasi teknik budidaya pada daerah endemik banjir dan pertanian lahan kering di lahan gambut.
Direktur Perlindungan Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kementan), Edy Purnawan, mengatakan, di Indonesia lahan pertanian yang terdampak banjir rata-rata 237 ribu hektare, dari total lahan tersebut yang bisa diselamatkan hanya 72%, selebihnya terkena puso.
Sebagai langkah antisipasi dampak La Nina, Kementan melakukan tujuh langkah, yaitu pemetaan wilayah rawan banjir, sistem peringatan dini dan rutin pantau informasi BMKG, membentuk brigade La Nina, gerakan pompanisasi, menggunakan benih tahan genangan, asuransi usaha tani, dan bantuan benih gratis bagi puso juga bantuan alat pengering untuk menyelamatkan hasil panen.
Dari segi sumberdaya air, menurut Direktur Bina Teknik SDA Kementerian PUPR, Eko Winar Irianto, kondisi La Nina dapat memenuhi kapasitas energi maksimum pada operasional waduk, sementara dalam kondisi El Nino energi yang dihasilkan akan berkurang.
"Maka fungsi waduk dalam rangka untuk menjaga stabilitas dari sumber daya air yang dikeluarkan, termasuk juga menjaga dalam kondisi El Nino produksi energi yang dihasilkan tidak jatuh sedangkan La Nina akan bisa dicapai maksimum," katanya.