Teheran, Gatra.com - Studi pertama tentang keamanan dan efektivitas vaksin virus korona di Iran dimulai dilakukan Selasa (29/12).
Dikutip AP, Rabu (30/12), TV pemerintah melaporkan, ujicoba melibatkan puluhan warga Iran akan menerima suntikan yang dikembangkan vaksin produksi di dalam negeri, meski rincian tentang produksi tersebut masih diragukan.
Vaksin pertama yang telah diuji coba pada manusia, itu diproduksi oleh Shifa Pharmed, bagian dari konglomerasi farmasi milik negara yang dikenal sebagai Barekat. Situs web menggambarkan perusahaan terlibat dalam produksi antibiotik dan penisilin skala besar, meski tanpa ada rincian apa pun tentang penelitian virus korona, hasil uji coba pada hewan, atau pengembangan vaksin sebelumnya sejak didirikan pada 1995.
Iran telah berjuang untuk membendung wabah virus terburuk di kawasan itu, yang telah menginfeksi lebih dari 1,2 juta orang dan menewaskan hampir 55.000 penduduknya.
Menurut manajer uji klinis vaksin, Hamed Hosseini uji klinis tahap 1 dari studi tersebut melibatkan 56 sukarelawan yang akan menerima dua suntikan vaksin Iran dalam dua minggu. Hasilnya akan diumumkan sekitar sebulan setelah pengambilan suntikan kedua.
Tiga orang menerima suntikan pertama pada hari Selasa yang disiarkan di sebuah hotel Teheran, dihadiri oleh menteri kesehatan negara itu.
TV pemerintah mengumumkan bahwa sejauh ini tidak ada gejala lain dari pengaruh suntikan yang menyebabkan demam atau perubahan tubuh penerimanya.
“Saya senang proses ilmiah berjalan dengan baik,” kata Tayebeh Mokhber, putri ketua Setad Foundation, yang menjadi orang pertama yang disuntik.
“Saya berharap kesimpulannya akan sehat bagi rakyat kita,” tambahnya.
Yayasan Setad, dikendalikan oleh kantor pemimpin tertinggi Iran, yang selama ini mengawasi konglomerasi Barekat.
Otoritas Iran memperkirakan vaksin itu akan memasuki pasar pada akhir musim semi 2021, dengan jadwal yang sangat ketat. Sebelum pengembangan vaksin virus korona yang dilacak dengan cepat tahun ini, metode pengujian vaksin yang biasa untuk keamanan dan kemanjuran dengan uji coba massal dapat memakan waktu hingga satu dekade.
Sejauh ini, Iran belum menguraikan proses persetujuan regulasi atau rencana untuk uji coba lebih lanjut.
Presiden Hassan Rouhani mengatakan Iran bekerja sama dengan negara asing untuk menghasilkan vaksin lain yang diharapkan dapat digunakan dalam tes pada sukarelawan bulan Februari mendatang. Meski tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
Menteri energi Iran, Reza Ardakanian, mengatakan kepada kantor berita negara IRNA pada hari Selasa selama kunjungan ke Baghdad bahwa Iran akan membayar vaksin COVAX sekitar US$ 6 miliar yang dihutang Irak kepada Iran, sebagaai imbal untuk impor gas selama bertahun-tahun.
Pada hari Senin, Iran mengatakan pihaknya mengharapkan sekelompok dermawan yang berbasis di AS segera mengirimkan ribuan vaksin virus corona Pfizer.