Home Info Sawit Menambah Pundi di 'Negeri Tetangga'

Menambah Pundi di 'Negeri Tetangga'

Dharmasraya, Gatra.com - Kalau ditengok sepintas, warga eks transmigrasi di Nagari Koto Tinggi Kecamatan Koto Besar Dharmasraya, Sumatera Barat (Sumbar) ini, hanya petani kelapa sawit biasa.

Punya kaplingan kelapa sawit seluas masing-masing dua hektar, layaknya warga transmigrasi lainnya.

Tapi siapa sangka kalau para anggota KUD Lubuk Karya ini ternyata sudah punya lahan tambahan juga di kawasan Solok Selatan, luas totalnya mencapai 1.870 hektar.

"Lahan yang kini sudah berisi kelapa sawit dengan umur rata-rata 7 tahun itu kami beli dari hasil tabungan selama berkebun di Koto Tinggi. Itulah makanya saat ini luas kebun kelapa sawit yang ada di bawah naungan KUD Lubuk Karya mencapai 3500 hektar," terang Jhon Nasri, Ketua KUD Lubuk Karya, kepada Gatra.com, Rabu (30/12).

Kebun itu kata lelaki 52 tahun ini tak begitu jauh dari kebun awal, hanya sekitar 25 kilometer.

Tak mudah kata ayah tiga anak ini untuk menjadikan lahan tadi seperti sekarang. "Dulu, kami cari lahan, dapatlah yang di Solok Selatan itu. Lahan dapat, bingung pula modal untuk menanam. Alhamdulillah akhirnya kami dapat pinjaman Kredit Usaha Rakyat (KUR), itulah yang kami jadikan biaya," terangnya.

Dengan luasan kebun tadi, pengurus dan anggota kata Sekretaris DPW Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) ini bersepakat untuk punya Pabrik Kelapa Sawit (PKS) sendiri.

"Tapi ternyata enggak semudah yang kami bayangkan. Tadinya kami sudah dapat bantuan bangunan sipil berupa PKS mini dari pusat, tapi belakangan bermasalah. Alhasil bangunan yang ada kami jadikan pabrik pupuk. Soalnya mesin PKS nya enggak ada," katanya.

Bantuan yang bersumber dari Kementerian Koperasi itu kata Jhon juga tak mudah mereka dapatkan.

"kami usulkan tahun 2003, tahun 2011 baru terealisasi. Rupanya ujung-ujungnya bermasalah, kata sebuah bank, PKS mini berkapasitas 5 ton perjam, enggak layak," katanya.


Abdul Aziz

 

205