Solok, Gatra.com - Petani tanaman jamur tiram di Solok, Sumtera Barat (Sumbar) mengaku kewalahan memenuhi permintaan jamur saat pandemi Corona Virus Disaese (COVID-19).
"Di tengah pandemi COVID-19 ini merupakan kesempatan untuk mengembangkan usaha jamur tiram sebanyak-banyaknya, karena permintaan terus meningkat per harinya bahkan mencapai dua kali lipat dari hari biasanya," kata pengelola budidaya jamur tiram Ahmad Said kepada Gatra.com, Rabu (30/12)
Said mengatakan saat pandemi COVID-19 ini memang banyak yang meminta jamur tiram, bahkan tidak mampu untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat.
"Jamur yang bakal jadi ini pun jauh-jauh hari sudah banyak yang memesannya," kata Said menambahkan.
Kendati produksi dan permintaan tidak seimbang di pasaran, namun harga jual jamur tiram putih tetap stabil. Hal itu, untuk menjaga konsumen jamur putih tetap lancar.
"Kami menjual jamur tiram putih seharga Rp20.000 per kilogramnya. Harga tidak dinaikkan, dan yang penting semua bisa laku dan kami tetap untung," kata ujarnya.
Said juga mengatakan peningkatan permintaan jamur tiram dari para pengrajin yang sering diolah untuk makanan keripik dan abon serta masakan lainnya, tidak didukung kemampuan meningkatkan produksi jamur tiram.
Petani Jamur Tiram ini juga menuturkan, biasanya memanen jamur tiram itu rata-rata 70 kilogram per hari dan bahkan tetap tidak mampu memenuhi pasaran.
"Untuk itu kami berencana akan terus mengembangkan usaha ini. Karena cukup menjanjikan dan perawatannya pun tidak terlalu rumit," katanya.
Selain itu, ia mengatakan usaha budidaya jamur tiram belum terlalu berkembang di Solok. Hal itu karena masih banyak masyarakat yang belum tertarik dengan usaha itu. Padahal usaha itu cukup menjanjikan.
Said berharap ke depannya masyarakat di Kota Solok bisa bekerja sama untuk mengembangkan usaha budidaya jamur tiram. Karena menurut dia mampu menciptakan masyarakat Solok yang bisa mandiri pangan dan memajukan perekonomian masyarakat ke depannya.