Home Info Satgas Covid-19 Stigma Negatif Persulit Penanganan Covid

Stigma Negatif Persulit Penanganan Covid

Jakarta, Gatra.com - Anggota Sub Bidang Tracing Bidang Penanganan Kesehatan Satgas Covid-19, dr. Retno Asti Werdhani, mengatakan stigma negatif kepada para pasien Covid-19 dapat menyebabkan orang takut mengakui bahwa yang bersangkutan menderita Covid-19.

Hal itu kata dr. Asti dapat menyebabkan pasien Covid-19 tidak bisa diajak bekerja sama dengan para petugas kesehatan. Ia bercerita, dirinya pernah menangani pasien yang tak ingin dijemput dengan mobil ambulance atau mobil pelat merah, serta para petugas yang menggunakan baju hazmat.

Akhirnya, para petugas menjemput pasien dengan mobil pelat hitam dan tanpa baju hazmat. Dengan cara itu, pasien akhirnya bisa koorporatif dengan petugas kesehatan.

Hal itu terjadi karena adanya stigma negatif di lingkungan tempat tinggal pasien. Jika tidak ada stigma negatif, penjemputan pasien akan lebih mudah. Selain itu itu, stigma negatif menyebabkan pasien tertutup terhadap kontak eratnya.

Padahal kata Asti orang yang kontak erat dengan mereka berpotensi terinfeksi dan jika tidak ditelusuri akan menjadi sumber infeksi lain. Selain itu, para pasien yang menerima stigma negatif juga tidak ingin dipantau oleh Satgas Penanganan Covid-19. Padahal, dengan cara tersebut, pemerintah bisa memenuhi kebutuhan logistiknya.

"Seluruh dampak stigma negatif itu terjadi lantaran kurangnya informasi yang diterima masyarakat," kata dr. Asti dalam dialog bertema "Stop Stigma: Sebar Cinta Saat Pandemi", pada Senin (28/12).

Hal itu juga bisa terjadi karena banyaknya berita bohong atau hoaks yang beredar. Untuk menangkal hoaks yang beredar, dia berharap semua elemen masyarakat ikut membantu meluruskan persepsi yang salah mengenai Covid-19 dengan penggunaan bahasa yang positif.

Salah satu caranya dengan menginformasikan bahwa Covid-19 merupakan penyakit menular yang dapat sembuh. Sehingga pasien yang sudah sembuh tidak menerima stigma negatif karena dianggap masih membawa virus dalam tubuh mereka.

Selain itu, masyarakat juga bisa berempati terhadap pasien Covid-19 yang harus terisolasi saat menjalani perawatan dan dikucilkan ketika sudah sembuh. "Kita pun jika distigma seperti itu tidak enak rasanya," kata Asti.

Jika pasien terstigma negatif, dia menyarankan agar pasien tetap berkomunikasi dengan orang-orang terdekat untuk mencari dukungan. Sebab, dukungan tersebut sangat berpengaruh pada kesembuhan pasien. Jika terlalu sulit mencari dukungan, dia menyarankan pasien untuk menelepon layanan konseling dari psikolog.

Dengan cara-cara itu, dr. Asti berharap tidak ada lagi masyarakat yang berstigma negatif pada penderita Covid-19. Melainkan, masyarakat yang di lingkungannya mendapati pasien Covid-19 bisa membantu dan memberikan dukungan. Maka, penanganan pandemi Covid-19 pun bisa lebih maksimal.

391