Yogyakarta, Gatra.com - Kementerian Riset dan Teknologi menyatakan dua alat pendeteksi Covid-19 karya dua perguruan tinggi akan menghilangkan ketergantungan alat tes cepat impor. Dua inovasi itu dianggap mampu mempercepat penanganan Covid-19 dan menumbuhkan kepercayaan publik.
Dalam jumpa pers virtual, Senin (28/12), Menristek dan Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) Bambang PS Brodjonegoro memperkenalkan GeNose karya Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, dan CePad karya Universitas Padjadjaran (Unpad), Bandung.
"GeNose telah mendapatkan izin edar dari Kementerian Kesehatan per 24 Desember, sedangkan CePad per November. Kedua alat skrining dan deteksi cepat ini bukti industri dalam negeri mampu menghasilkan inovasi," kata Bambang dalam sambutannya.
Menurut Bambang, kedua alat itu akan semakin memperkuat sistem testing, tracing, tracking, dan treatment Covid-19 secara cepat, aman, dan akurat. Dua inovasi ini dinilai mampu mempercepat proses mitigasi penularan Covid-19 dan memulihkan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah.
Tarif sekali tes melalui GeNose diperkirakan paling mahal Rp25 ribu, sedangkan CePad Rp120 ribu. Kemenristek pun berharap inovasi itu mendukung program pemerintah dalam memulihkan perekonomian melalui penerapan protokol kesehatan secara ketat.
"Ini menjawab kebutuhan saat ini di mana sekarang kita membutuhkan skrining cepat untuk menghindarkan orang dari penularan Covid-19. Dari sisi biaya, keberadaan alat ini sangat menghemat biaya," papar Bambang.
GeNose mendeteksi Covid-19 dari embusan napas, sedangkan CePad alat deteksi cepat berbasis antigen. Yang lebih penting, kata Bambang, kedua alat itu sebagian besar komponennya adalah produk lokal sehingga tes cepat Covid-19 tak tergantung peralatan impor lagi.
"Sekarang UGM dan Unpad harus menyiapkan sebuah sistem pemesanan yang mudah diakses konsumen. Kami akan mendorong lembaga negara, pemda, BUMN, dan perusahaan swasta untuk mulai mempertimbangkan penggunaan alat ini demi keamanan warganya," ujar Bambang.
Dalam paparannya, anggota tim GeNose UGM, Dian Kesumapramudya Nurputra, menyatakan tim UGM telah menerima pemesanan GeNose, termasuk dari sebuah perusahaan dari Singapura.
"Namun kami akan prioritaskan kebutuhan dalam negeri dulu. Seratus unit yang diproduksi awal sudah ludes. Ini kami sedang siapkan 100 unit untuk beberapa instansi," katanya.
Tim UGM dan lima konsorsium produsen GeNose menargetkan hingga akhir Januari 2021 mampu memproduksi dua ribu unit dan sampai Februari menjadi lima ribu unit. Dengan dukungan pemerintah, produksi GeNose diharapkan bisa sampai 100 ribu unit per bulan.