Cilacap, Gatra.com – Akademisi IAIN Purwokerto, yang juga pengasuh pondok pesantren di Majenang, Kabupaten Cilacap, Fathul Aminudin Aziz meminta agar pemerintah mulai memperhitungkan kemungkinan untuk mengembangkan pendidikan tinggi di pedesaan, seturut pandemi Covid-19.
Kata dia, pandemi Covid-19 telah membuat pola pendidikan berubah. Jika sebelumnya kelas-kelas virtual hanya menjadi substitusi atau penambahan materi dalam momentum tertentu, kini kelas virtual telah menjadi kebiasaan baru.
“Itu artinya, ruang dan waktu sudah tidak lagi relevan. Lalu, kenapa anak-anak desa harus ke kota hanya untuk mengejar pendidikan tinggi?,” ucap Aziz, yang juga peraih Top 3 PNS Inspiratif dalam Anugerah Aparatur Sipil Negara (ASN) 2020 KemenPANRB.
Menurut dia, sudah saatnya pemerintah membuat regulasi yang memudahkan pendirian sekolah tinggi di pedesaan. Prasyarat pun harus dipermudah, agar anak-anak bisa mengakses pendidikan tinggi berkualitas, namun tetap berdekatan dengan tempat tinggalnya.
Pasalnya, seringkali anak-anak di pedesaan terbentur masalah pembiyaan akomodasi atau biaya variabel pendidikan, seperti transportasi dan tempat tinggal. Lantaran menempuh pendidikan jauh dari tempat tinggalnya, orangtua terbebani biaya indekos dan makan sehari-hari.
“Ini lah yang membuat biaya pendidikan dianggap tinggi. Padahal, yang tinggi sebenarnya adalah biaya variabelnya, bukan biaya pendidikan itu sendiri,” tegasnya.
Aziz mengemukakan, pola pertama adalah kelas jauh dengan sistem virtual. Akan tetapi, dia pun mengakui model ini membuat efektivitas pembelajaran berbeda dengan tatap muka.
Adapun pola kedua adalah dengan mempermudah pendirian sekolah tinggi di pedesaan. Harapannya, anak-anak dan generasi muda pedesaan mampu mengakses pendidikan tinggi dengan mudah dan murah. “Menurut saya, yang paling mungkin adalah pengembangan sekolah tinggi di pedesaan, tanpa mengorbankan kualitas,” tandasnya.