Slawi, Gatra.com- Kebijakan rapid test antigen sebagai syarat perjalanan di masa libur Natal dan Tahun Baru berdampak pada tingkat hunian atau okupansi hotel dan vila di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah. Banyak pesanan kamar dibatalkan.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Tegal, Agus Budiyanto mengatakan, okupansi hotel pada masa libur Natal 2020 dan Tahun Baru 2021 hanya mencapai 30 persen. "Tahun-tahun sebelumnya, kalau long weekend begini biasanya okupansi bisa sampai 90 persen. Jadi menurun jauh," kata Agus, Kamis (25/12).
Budi menyebut, rendahnya okupansi tersebut salah satunya disebabkan oleh kebijakan rapid test antigen sebagai syarat melakukan perjalanan menggunakan moda transportasi dan kendaraan pribadi. Menurut dia, banyak tamu hotel akhirnya membatalkan pesanan kamar. "Di libur Natal dan Tahun Baru sekarang peraturannya kan ketat, keluar Jakarta harus pakai rapid test antigen. Itu ada pengaruhnya juga, karena wisatawan yang ke Kabupaten Tegal itu dari mana-mana termasuk Jakarta," ujarnya.
Agus mencontohkan tingkat keterisian di Hotel Sun Q Ta. Dari total 50 kamar hotel yang berada di obyek wisata Guci itu, sekitar 10 hingga 15 persen pesanan kamar sudah dibatalkan. "Padahal awalnya penuh semua. Mereka sebelumnya sudah pesan sejak awal bulan Desember," ujar Agus yang merupakan pemilik Sun Q Ta.
Menurut Agus, pihaknya mensiasati kondisi lesu tersebut dengan menawarkan promo diskon hingga 20 persen untuk menarik tamu. "Walau tidak ada perayaan, tapi tetap bisa staycation. Kalau tidak pandemi ya kita bisa adakan live music dan acara lain yang menarik, tapi kan tidak bisa," ujarnya.
Ketua Paguyuban Pondok Wisata Guci, Sopan Sofiyanto juga mengungkapkan banyaknya pesanan vila maupun homestay di obyek wisata Guci yang dibatalkan karena kebijakan rapid test antigen. Apalagi, Pemkab Tegal juga mengeluarkan kebijakan penutupan seluruh tempat wisata pada 30 Desember 2020 hingga 1 Januari 2021. "Sejauh ini ada 15 rombongan wisatawan yang berencana ke Guci membatalkan pesanan penginapan mereka untuk tanggal 30 dan 31 Desember. Satu rombongan itu pakai dua sampai tiga bus. Satu bus 30 orang," ungkapnya.
Menurut Sopan, akibat pembatalan tersebut, potensi pendapatan yang bisa didapatkan pelaku usaha di Guci saat libur tahun baru dipastikan hilang. "Orang ke Guci kan tidak cuma wisata, ada yang belanja, makan dan lain-lain. Potensi pendapatan itu hilang semua," ujarnya.