Makassar, Gatra.com – Bank Indonesia (BI) menargetkan Sulawesi Selatan (Sulsel) menjadi salah satu dari dua pusat perputaran uang di Indonesia. Ekonomi Sulsel dinilai terbesar, sehingga jika Sulsel mengalami resesi ataupun tumbuh akan berdampak pada provinsi lainnya.
“Memang sebagai provinsi termaju letaknya di sini. Karena demikian ini very good newsnya, Bank Indonesia telah menetapkan dan melihat Sulsel sebagai provinsi yang penting. Bank Indonesia telah menetapkan, Sulsel satu diantara dua cash center untuk kawasan di Indonesia. Satu lagi di Surabaya, satu lagi ada di Makassar,” kata Direktur/Kepala Grup Advisory dan Pengembangan Ekonomi Bank Indonesia (BI) Sulsel, Endang Kurnia Saputra, pada Talkshow Outlook Sulsel 2021 “Menjadi Lokomotif Ekonomi Kawasan Timur Indonesia”, di Hotel Gammara, Kota Makassar, Rabu, (23/12).
Endang mengatakan, peredaran uang di Sulsel nantinya, satu dari dua terbesar di Indonesia.
“Kami akan tumbuhkan uang-uang itu di sini,” katanya.
Endang mengungkapkan, Sulsel merupakan provinsi terpenting di Kawasan Timur Indonesia (KTI). Pertama, indikatornya bahwa ukuran ekonomi Sulsel merupakan terbesar, 35 persen dari perekonomian Sulampua (Sulawesi, Maluku, Papua).
Kedua, ketergantungan provinsi lain pada Sulsel sebesar 78 persen. Contohnya, produk-produk kebutuhan masyarakat di Papua, terutama beras dan kebutuhan bahan pokok lainnya dari Sulsel. Selain itu, dengan jumlah industrialisasi terbesar, perdagangan di Sulampua 89 persen terpusat di Kota Makassar.
“Dampaknya, adalah jika Sulsel tidak tumbuh di 2021, ekonomi Sulampua juga tidak akan tumbuh. Kami juga memprediksi Indonesia sendiri di tahun 2021 akan didorong oleh pertumbuhan di Sulampua,” terangnya.
Faktor lainnya, adalah sektor ekspor pertambangan. Ekspor nikel dari Sulsel juga masih tumbuh 11 persen. Ekspor Sulampua akan mendorong ekonomi Indonesia secara keseluruhan.
“Itulah pentingnya Sulsel, karena tahun depan terdorong oleh ekspor, karena memang proyeksi penjualannya sudah kami dapatkan. Sehingga, 2021 Sulampua ini menjadi pendorong ekonomi Indonesia dan ekonomi yang mendorong atau mesin utamanya itu Sulsel. Karena 35 persen itu ekonominya dari satu provinsi ini saja,” jelasnya.
Bank Indonesia juga menyampaikan bahwa sejalan dengan nasional, ekonomi Sulsel mengalami perbaikan. Pertumbuhan ekonominya mengalami perbaikan dan berada pada level tinggi dibandingkan kinerja nasional. Perbaikan konsumsi rumah tangga serta investasi mulai terakselarasi mendorong tren pemulihan ekonomi pasca Covid-19.
Sulsel mengalami inflasi pada November 2020, dipicu pada kenaikan harga bahan pangan yang bergejolak seperti cabe rawit, bawang merah, dan daging ayam ras.
Endang menjelaskan, ekonomi Indonesia masih terkontraksi pada Kuartal III sebesar 3,5 (3,49) persen. Sedangkan Sulsel lebih baik, hanya mengalami kontraksi 1,8 persen (y on y) dan memperkirakan Triwulan IV akan lebih baik lagi.
“2021 ekonomi Indonesia akan tumbuh antara 4,8-5,8 persen, dan dari tren tersebut biasanya Sulsel lebih baik dari pada nasional. Kalau nasional tumbuh di angka 4,8-5,8 persen, Sulsel kami prediksikan lebih dari itu,” ujarnya.
Ia menilai, Sulsel adalah provinsi dengan ekonomi struktur yang lengkap, pertanian kuat, ada pertambangan, kemudian sumber daya lainnya seperti perikanan yang juga besar.
“Ekonomi wilayah Sulsel saja sudah kaya sebetulnya, tinggal dikelola sebaik-baiknya,” katanya.
Dalam acara tersebut, hadir narasumber lainnya diantaranya Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah, Wakil Ketua Unsur Kebijakan Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Sulsel Syamsul Rijal, dan Rektor Institut Bisnis dan Keuangan (IBK) Nitro Prof Marsuki DEA.