Semarang, Gatra,com- Ketika saya dirawat di RS K.R.M.T. Wongso Negoro (RSWN), Semarang, mendapat kabar dari istri dan anak positif Covid-19. Itu hasil swab test Puskemas Tlogosari Kulon, pada 5 November 2020, setelah saya dinyatakan positif. Hasil swab keluar pada 7 November, istri dan anak saya pertama positif, sedangkan anak nomor dua negatif.
Keduanya sehat maka melakukan isolasi mandiri di rumah. Anak yang negatif diungsikan ke tempat saudara. Selama 14 hari isolasi, kebutuhan dipasok para tetangga. Ibu-ibu bergotong royong setiap hari memberikan kebutuhan makan.
Kondisi istri dan anak yang ikut terpapar Covid memengaruhi pikiran saya yang sebenarnya tidak boleh stress. Pikiran yang tidak tenang ini membuat kepala pening dan tidak bisa tidur. Saya minta obat tidur kepada perawat. Akhirnya setiap hari diberi obat tidur.
Untuk penyembuhan, selain mengkonsumsi obat-obatan dari rumah sakit, juga mendapat bantuan obat herbal Cina dari kawan-kawan. Selain itu, setiap hari makan bawang merah mentah saat makan dan menggosok dan dengan minyak putih.
Supaya batin saya tenang, saya salat lima waktu, membaca Alquran, berzikir, istighfar, membaca selawat. Namun belum membuahkan hasil. Selama 11 hari dirawat dilakukan dua kali swab test hasilnya masih positif. Berat tubuh turun hingga delapan kilogram.
Pada hari ke-12, tepatnya 16 November 2020, saya dipindahkan untuk isolasai di Gedung Pendidikan dan Latihan (Diklat) Kota Semarang. Di tempat ini suasana lebih baik, dibandingkan saat di rumah sakit yang harus berdiam diri terus di dalam kamar, karena bisa ke luar kamar dan berjemur matahari serta berolahraga di lapangan, bersama penderita Covid-19 lainnya.
Bedanya kalau isolasi di Diklat, tidak mendapatkan obat rutin setiap hari. Kalau ada keluhan sakit dan butuh obat disampaikan kepada perawat jaga untuk dikonsultasikan ke dokter.
Isolasi di Diklat selama 15 hari, saya mengkonsumi ramuan jamu tradisional, tiga kali swab test hasilnya masih positif Covid-19. Mengetahui hasil swab test positif, kondisi langsung drop, kepala pening, lambung nyeri, dan sesak nafas. Sempat merasa putus asa.
Pasrah kepada Allah pasti akan memberikan kesembuhan. Meski masih positif Covid-19, setelah menjalani isolasi 15 di Diklat pada 1 Desember, dokter membolehkan untuk melanjutkan isolasi mandiri di rumah dengan menerapkan protokol kesehatan.
Kembali ke rumah, istri dan anak pertama sudah negatif. Isolasi di kamar sendiri, ternyata bisa tidur tanpa bantuan obat tidur lagi. Masih tetap melanjutkan minum jamu.
Pada 4 Desember 2020 melakukan swab test di Puskemas Tlogosari Kulon. Setelah menunggu selama 10 hari, pada 15 Desember petugas Puskemas melalui Whatsapp menginformasikan hasil swab test negatif. Lamanya penyembuhan ini, karena saya pernah menderita paru-paru atau TBC, sehingga saat terkena Covid-19 dari hasil rotgen torax aktif lagi.
Pengalaman ini, semoga bermanfaat bagi pembaca. Tetap mentaati protokol kesehatan, memakai masker, mencuci tangan pakai sabun, dan menjaga jarak, serta menjaga kesehatan badan, karena virus Corona-19 ada di sekitar kita yang setiap saat bisa terpapar. (Bagian 2, Habis).