Jakarta, Gatra.com- Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) dan gerakan #SuaraTanpaRokok kampanyekan #Christmas2Quit. Kampanye ini mengajak masyarakat berhenti merokok dan menciptakan kawasan tanpa rokok di gereja serta lingkungan sekitar.
“Tidak hanya di Gereja, kawasan tanpa rokok juga sebaiknya diterapkan mulai dari lingkungan terkecil yaitu rumah kita," ungkap Ketua Umum PGI, Pdt Gomar Gultom, M.Th, dalam keterangan tertulisnya, Rabu (23/12).
Kampanye #Christmas2Quit berjalan sejak awal bulan Desember lalu. Ini sebagai bagian dari upaya menjaga kesehatan diri terutama di masa pandemi ini.
"Dalam keadaan pandemi merokok menyebabkan gangguan kesehatan pada organ tubuh seperti jantung dan paru-paru yang berakibat meningkatkan risiko yang fatal terutama di masa pandemi ini” papar Pdt Gomar Gultom.
Sebagai informasi, ada lima gereja yang menjadi representasi dari gereja-gereja di seluruh Indonesia dalam kampanye ini. Yakni GPM Ebenhaizer Jemaat Benteng Karang dan BNKP Jemaat Gunungsitoli Nias. Juga Bala Keselamatan Makassar, GPdI Bukit Sion Tangerang dan GPIB Petra Bogor.
Perwakilan dari BNKP GunungSitoli, Nias, Sanis menuturkan bahwa pengurus dan jemaat setempat, termasuk guru-guru sekolah Minggu dan pemuda-pemudi gereja terlihat antusias dalam kampanye ini. Mereka terlibat dengan membuat kartu Natal dsman Tree of Hope.
“Kami didukung oleh pemuda dan murid-murid Sekolah Minggu dalam proses pembuatan kartu Natal dan Tree of Hope. Ada yang membuatnya di rumah dan ada juga yang melakukannya di gereja dengan tetapmemperhatikan protokol kesehatan," ungkapnya.
Di ranah digital, masyarakat dapat berpartisipasi dengan menggunakan Instagram filter melalui akun @Suara_Tanpa_Rokok. Kurang lebih ada sebanyak 500 kartu Natal terkumpul hingga saat ini.
Tidak hanya itu, Kampanye #Christmas2Quit diharapkan dapat mendorong keluarnya surat edaran resmi dari PGI untukgereja dan jemaat guna mewujudkan kawasan tanpa rokok di gereja dan lingkungan masing-masing.
“Harapannya, dengan kampanye ini kita dapat mendorong gereja dan rumah bebas dari rokok," jelas Biro Pemuda PGI, Yessica Patricia.
Menurut The Tobacco Atlas, lebih dari 53 juta orang dewasa di Indonesia merokok setiap hari. Proporsi lelaki dewasa, anak lelaki dan anak perempuan yang merokok di Indonesia lebih tinggi dibandingkan rata-rata di negara lain yang setara.
Merokok merupakan faktor risiko penyakit tidak menular yang menimbulkan biaya ekonomi bagi negara Indonesia sebesar US$4,5 triliun dari tahun 2012 hingga 2030, menurut The World Economic Forum.
Rokok membunuh lebih dari 225.000 jiwa di Indonesia setiap hari di tahun 2016. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Kementerian Kesehatan tahun 2018 memperlihatkan kenaikan prevalensi perokok remaja di Indonesia, berusia antara 10 dan 18 tahun, dari 7,2% di tahun 2013 menjadi 9,1% di tahun 2018.
Sementara itu, perwakilan dari gerakan SuaraTanpaRokok Yosephina Octhalya Lesnussa menyebut bahwa pemuda-pemudi Gereja merupakan garda terdepan yang secara aktif mengkampanyekan dan mensosialisasikan gerakan ini.
"Dengan semangat membuat Tree of Hope beserta ratusan kartu Natal yang sudah dikumpulkan baik secara digital maupun secara fisik," tandasnya.