Yogyakarta, Gatra.com – Seorang bocah 11 tahun menjadi bagian rekor kematian harian terbaru karena Covid-19 di Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam sehari, delapan orang positif Covid-19 meninggal dunia dan hanya satu orang yang dinyatakan memiliki penyakit penyerta atau komorbid.
Hal itu disampaikan Juru Bicara Pemda DIY untuk Penanganan Covid-19 Berty Murtininggih, Minggu (20/12). “Jumlah kasus meninggal sebanyak delapan, sehingga total kasus meningga menjadi 190 kasus,” ujar dia lewat pernyataan tertulis.
Bocah laki-laki usia 11 tahun berasal dari Sleman dan tanpa disebut memiliki komorbid. Data Pemda DIY hanya menyebut anak itu diketahui positif pada 29 November lalu dari hasil periksa mandiri
Selain bocah tersebut, ada dua korban Covid-19 dari Sleman, yakni laki-laki 38 tahun dan perempuan 66 tahun. Ada pula dua kematian laki-laki 68 tahun dan satu perempuan 62 tahun dari Kota Yogyakarta—sebagai satu-satunya pasien dari delapan penderita Covid-19 yang meninggal dan dinyatakan memiliki komorbid, yakni diabetes melitus. “Meninggal juga perempuan 63 dan 70 tahun dari Bantul,” imbuh Berty.
Delapan kematian dalam sehari ini melampaui rekor sebelumnya yakni tujuh kematian pada 10 Desember. Dari total 190 kematian, selama 1-20 Desember ini terjadi 45 kematian pada pasien Covid-19 di DIY. Artinya, terjadi 2,25 kasus kematian per hari selama Desember.
Selama Desember pula, kasus baru Covid-19 juga terus tinggi. Sepanjang 1-20 ditemukan 3.534 penderita Covid-19 atau 176,7 kasus per hari. Pada Minggu, Pemda DIY mencatat tambahan 210 kasus baru dari 1.140 orang yang menjalami tes usap PCR. “Total kasus Covid-19 di DIY menjadi 9.497 kasus,” ujar Berty.
Selain itu, ada tambahan 203 penderita sembuh, sehingga total 6.381 penderita sembuh. Dengan rincian tersebut, DIY memiliki 2.926 kasus aktif, yakni penderita Covid-19 yang masih dirawat di RS dan shelter atau menjalani isolasi mandiri karena masih positif.
Dari sebaran wilayah 210 kasus baru, selain Kabupaten Sleman yang masih tinggi dengan 80 kasus, banyak penderita baru juga ditemukan di Kota Yogyakarta, 66 kasus. Sisanya tersebar di Bantul 46 kasus, Gunungkidul 10 kasus, dan Kulonprogo 8 kasus.
Sesuai riwayat temuan kasus, mayoritas telah diketahui karena kontak dengan penderita Covid-19 sebelumnya, yakni mencapai 115 kasus. Sebanyak 37 kasus diketahui dari hasil warga periksa mandiri. Sisanya, 58 kasus, belum ada info.
Kondisi itu menunjukkan penularan Covid-19 di DIY, termasuk di pusat Kota Yogyakarta di DIY, masih tinggi. Apalagi masih ditemukan pelanggaran protokol kesehatan (prokes) di tempat public dan tujuan wisata.
Anggota Forum Pemantau Independen (Forpi) Kota Yogyakarta Baharuddin Kamba menemukan pelanggaran prokes itu di Tugu Yogyakarta, akhir pekan lalu. Proyek penataan tugu ini, terutama menghilangkan bentangan kabel, baru saja usai, sehingga menjadi tempat selfie.
“Dari hasil pemantauan ditemukan masih cukup banyak masyarakat yang berada di kawasan Tugu yangtidak patuhterhadap prokes,” ujar dia saat dihubungi, Senin (20/12).
Menurut Kamba, tak sedikit pengunjung kawasan Tugu Yogyakarta tak memakai masker dan berkerumum di sebuah warung kopi. “Forpi juga tak melihat satu punpetugas Satpol yang biasanya berjaga di sana,” kata dia.
Untuk itu, Forpi Kota Yogyakarta meminta pemda melalukan razia rutin terhadap pelanggar prokes, termasuk di warung dan toko. “Angka positif Covid-19 di Yogyakarta masih tinggi. Jika tetap ngeyel melanggar aturan, penutupan harus dilakukan tanpa pandang bulu,” kata Kamba.