Sukoharjo, Gatra.com- Mencermati kondisi yang sampai saat ini belum ada kepastian masa pandemi akan berakhir, maka sangat diperlukan langkah-langkah strategi kaitannya dengan pelaksanaan pembelajaran masa transisi pandemi ini.
Harun Joko Prayitno Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) memandang, langkah strategi ini sangat penting. Karena jika tidak ada persiapan matang sejak awal, maka dimungkinkan akan terjadi loss generation atau bahkan education death artinya kepunahan pendidikan.
"Dalam arti, pendidikan sebagai sebuah proses yang membersamai pembelajar tidak hadir secara nyata atau bahkan punah sama sekali," ucap selaku pengamat pendidikan tersebut, Jum'at (18/12).
Menurut Harun, pembelajaran online atau daring memang unggul dalam fleksibilitas waktu dan tempat, bisa dari mana saja dan dapat kapan saja. Namun demikian, bukan berarti tanpa kelemahan, misalnya cepat lelah, cepat capek, kurang induktif, kurang kontekstual, kurang membumi, tidak bisa utuh, interaksinya semu, dan terutama sulit untuk menjangkau implementasi Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) bagi pembelajar.
Harun mengungkapkan, rekomendasi yang utama adalah upaya preventif seperti meningkatkan imun, menegakkan kedisiplinan, dan tetap semangat dalam belajar-mengajar. Hal ini agar mutu, proses, dan luaran serta output pembelajaran dapat tercapai.
"Kemudian, bersyarat dan bertahap. Artinya, untuk bisa melaksanakan pembelajaran luring diperlukan berbagai persyaratan, misalnya mendapatkan izin dari satgas covid, dengan prokes, termasuk wilayah demografi (zona) aman," terangnya.
Lalu pembelajaran tatap muka harus dilakukan bertahap. Artinya tidak bisa langsung dilaksanakan 100 persen luring, baik dari ukuran jumlah tatap muka maupun waktu dalam setiap tatap muka pembelajaran. Ia menilai langkah ini penting supaya sehat, aman, dan proses pembelajaran memenuhi standar yang ditetapkan.
Tahap berikutnya adalah dilakukan evaluasi dan refleksi secara bersama untuk menentukan keberlanjutan tahap-tahap berikutnya. Dalam konteks ini maka model-model pembelajaran luring masa pandemi juga dianjurkan, misalnya dengan menyesuaikan dari rombongan belajar menjadi kelompok belajar, waktu pembelajarannya dapat dipotong dari 50 persen atau 50 menit.
Selain itu, jumlah tatap muka yang kalau dalam kondisi normal 14-16 kali pertemuan, maka dalam masa transisi ini cukup 30 persen atau sekitar maksimal 4 kali pertemuan.
"Perencanaan secara bertahap dan evaluasi secara bertahap dalam pembelajaran luring masa adaptasi pandemi ini menjadi penting terutama dalam kaitannya dengan syarat dan tahapan tersebut," jelasnya.
Harun menegaskan, pentingnya pembelajaran yang holistik di era transisi pandemi supaya kompetensi holistik pembelajaran sebagai hakikat dari pembelajaran yaitu kemampuan untuk hidup, kemampuan untuk kehidupan, kemampuan untuk penghidupan sebagai modal pembelajar dalam berkehidupan bermasyarakat dapat terwujud.