Jakarta, Gatra.com - Center for Indonesia Strategic Development Initiatives (CISDI) baru saja meluncurkan makalah kebijakan kesehatan atau Health Outlook (HO). Health Outlook 2021 bertajuk Disrupsi Covid-19 pada Layanan Kesehatan Esensial, Dampak yang Ditimbulkan dan Jalan Membangun Kembali Sektor Kesehatan Indonesia.
Tema tersebut dipilih sebagai respon upaya penanganan wabah yang telah dilaksanakan pemerintah belakangan ini. Pada webinar peluncuran HO 2021, Jumat (18/12), Direktur Kebijakan CISDI, Olivia Herlinda menyebutkan bahwa setidaknya ada empat skenario yang bakal terjadi dalam upaya penanganan Covid-19 mendatang.
Skenario pertama, vaksin tersedia dan ekonomi pulih. Dalam skenario ini, Olivia menyebut bahwa ada keberhasilan pemerintah berupa diplomasi kesehatan, reformasi sistem kesehatan, 3T (tracing, testing, treatment) yang memadai, dan ketersediaan ekonomi.
Skenario kedua, vaksin tersedia dan ekonomi memburuk. Pada poin ini, pemerintah hanya berhasil melakukan pengadaan vaksin dan diplomasi kesehatan, tetapi luput dalam mengantisipasi aspek-aspek ekonomi dalam pemulihan ekonomi nasional, misalnya.
Sementara skenario ketiga adalah skenario yang terburuk: vaksin tidak tersedia dan ekonomi memburuk.
Skenario keempat, vaksin tidak tersedia dan ekonomi pulih. Jika hal ini terjadi, menurut riset CISDI, maka nantinya reformasi sistem kesehatan akan berjalan perlahan, dan sebagai pengganti vaksin, maka diperlukan terapi antivirus yang andal.
"Indonesia sendiri dalam pengamatan kami masih berada di skenario ketiga. Pemerintah melakukan tes dan melacak juga masih terbatas. Implikasinya, kesehatan selalu berada di ambang kolaps," kata Olivia.
Olivia juga menemukan bahwa postur anggaran 2021 tidak mencerminkan komitmen pemerintah dalam reformasi kesehatan nasional. Menurut catatannya, anggaran kesehatan hanya berkisar 14 persen dari keseluruhan penanganan pandemi Covid-19.
Yang juga penting, Olivia menyebutkan tentang pentingnya optimalisasi pentahelix yang melibatkan lima elemen: pemerintah, media, sektor bisnis, akademisi, dan masyarakat sipil.
Yang bermasalah, kata Olivia, kolaborasi pentahelix belum berjalan optimal karena kurangnya pelibatan ahli dan masyarakat sipil dalam penanganan pandemi. "Kami juga melihat lemahnya komunikasi publik pemerintah, bahkan memiliki kecenderungan menyalahkan masyarakat," ucapnya.