Jakarta, Gatra.com - Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa (BPDPKS) memandang bahwa perdebatan antara sektor Hulu dan Hilir dalam industri sawit, haruslah ditengahi oleh sebuah integrasi program hulu dan hilir sawit sebagai satu kesatuan yang saling melengkapi.
Hal ini pun nantinya terkait pengembangan industri sawit, perlu dilihat kebutuhan industri, serta dampak multiplier terhadap perekonomian.
Direktur BPDPKS, Eddy Abdurrachman pun mencontohkan, industri sawit memerlukan penciptaan tambahan pasar domestik agar produk sawit bisa lebih banyak terserap, salah satunya melalui program mandatori biodiesel.
"Melalui program tersebut, tujuan ntuk stabilisasi harga CPO dan juga ekspor sawit juga bisa tercapai. Tanpa adanya program-program itu, tidak akan ada dana sawit," kata Eddy dalam Giat Media Gathering di Jakarta, Kamis (17/12).
Padahal, sambung Eddy, penggunaan dana sawit selama ini juga ditujukan untuk pengembangan industri sawit. Pengembangan pun tidak hanya di sektor hilir, tetapi juga di sektor hulu dalam menjaga produktivitas dan keberlanjutannya baik sebagai bahan pangan, bahan baku industri maupun untuk pemenuhan kebutuhan energi.
"Apabila perdebatan ini hanya dilihat dari satu perspektif saja, yaitu alokasi dana, maka akan terlihat timpang, dimana program biodiesel menjadi program dengan alokasi dana tertinggi yakni 70 hingga 80% dari total dana kelolaan BPDPKS," paparnya.
Untuk itulah, Eddy menegaskan kembali pentingnya kehadiran integrasi program hulu dan hilir, sehingga program Peremajaan Sawit Rakyat harus dijalankan, agar kebun mereka semakin produktif sehingga pasokan untuk kebutuhan industri hilir juga tersedia.
"Masing-masing program memiliki tantangannya sendiri, yang tentunya menjadi pekerjaan rumah bagi BPDPKS dan pemangku kepentingan industri sawit," katanya.