Tegal, Gatra.com - Jelang Natal dan Tahun Baru harga sejumlah bahan pokok di Kota Tegal, Jawa Tengah mengalami kenaikan. Wali Kota Tegal, Dedy Yon Supriyono melakukan sidak ke pasar swalayan.
Dedy Yon mengatakan kenaikan harga terjadi sejak beberapa hari terakhir, sejumlah bahan pokok yang harganya mengalami kenaikan seperti telur, daging ayam dan minyak goreng. Untuk harga telur yang semula dari Rp25.000 menjadi Rp26.700 per kilogram, sedangkan daging ayam dari Rp34.000 menjadi Rp36.000 per kilogram dan minyak goreng dari sebelumnya Rp13.000 menjadi Rp15.000 per liter.
"Selain telur, minyak sayur dan daging ayam, yang lain harganya masih normal. Tidak ada kenaikan," kata Dedy Yon.
Dedy Yon mengatakan, kenaikan harga sejumlah bahan pokok yang terjadi masih dalam batas wajar. Menurut Dedy Yon, pihaknya akan terus melakukan pemantauan harga.
"Kami akan mengontrol dan berupaya agar harga-harga tetap stabil. Ketika ada kenaikan beberapa item saja, masih batas wajar," ujarnya.
Selain mengecek harga sejumlah bahan pokok, dalam kesempatan yang sama Dedy Yon juga memeriksa kondisi makanan dan minuman yang dijual untuk memastikan tidak ada makanan kadaluarsa yang beredar di masyarakat. "Tadi kami lihat tidak ada yang kadaluarsa atau rusak kemasannya," ujarnya.
Sebelumnya, kenaikan harga juga terjadi pada komoditas cabai di pasar tradisional di Kota Tegal mengalami kenaikan menjelang Natal dan Tahun Baru.
Salah satu pedagang di Pasar Pagi Kota Tegal, Asih (39) mengatakan, hampir semua jenis cabai mengalami kenaikan harga. "Naik semua rata-rata.Cabai rawit, cabai merah, cabai keriting, cabai hijau. Sudah seminggu ini naiknya," katanya, Sabtu (12/12).
Menurut Asih, kenaikan tertinggi terjadi pada harga cabai keriting. Harga cabai jenis ini naik menjadi Rp50 ribu per kilogram dari normalnya Rp30 ribu per kilogram. "Harga cabai keriting kemarin sempat Rp60 ribu. Harga Rp30 ribu saja sudah mahal," kata Asih.
Asih menyebut, kenaikan harga selalu terjadi menjelang Natal dan Tahun. Selain itu, kenaikan juga terjadi karena pasokan dari petani yang kurang seiring tingginya intensitas hujan. "Harga belum stabil, jadi bisa naik lagi padahal sudah mahal. Biasanya setelah tahun baru baru turun," ujar dia.