Asahan, Gatra.com - Ratusan hektar areal pertanian padi di Kabupaten Asahan, Sumatera Utara bakal terancam tidak ditanam karena petani sudah kehabisan modal akibat digasak banjir.
Sementara itu Pemkab Asahan melaporkan sudah kehabisan stok bantuan benih dan anggaran. "Satu-satunya jalan untuk keluar dari persoalan ini hanyalah mengajukan pencairan asuransi pertanian tanaman pangan (AUTP),"ujar Sekretaris Dinas Pertanian Pemkab Asahan, Jhony Sihotang kepada Gatra.com, Selasa (15/12).
Namun menurut Jhony yang jadi persoalan, lebih dari 8500 hektar areal pertanian tanaman pangan, hanya baru 3.105 hektar yang diasuransikan. Akan tetapi sejauh ini Pemkab Asahan belum mengetahui secara pasti luas areal pertanian tanaman pangan dari 3.105 hektar itu yang ikut terdampak banjir.
Dari laporan sementara Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Balai Penyuluhan Pertanian, sedikitnya lebih dari 1200 hektar persawahan rusak dalam masa Hari Setelah Tanam (HST) atau dalam masa semai akibat banjir.
Dinas Pertanian mencatat, banjir mulai terjadi sejak 10 Desember 2020 hingga saat ini. "Pertama kali terjadi di kecamatan Sei kepayang". katanya.
Saat bencana banjir pertama Pemkab Asahan telah menurunkan 25 ton bantuan benih dari stok APBD kabupaten untuk bantuan semai ulang kepada petani. Bantuan ini dikucurkan untuk dua desa yakni desa Perbangunan dan Pertahanan, di kecamatan Sei Kepayang.
Namun pasca turunnya bantuan, bencana banjir kembali lagi terjadi. Sehingga Dinas Pertanian Pemkab Asahan mencatat sejak Oktober - Desember 2020 sedikitnya sudah sebanyak 3 kali bencana banjir terjadi. "Karena itu kita kehabisan stok,"katanya lagi.
Pasca bantuan benih dari dana APBD, untuk mengatasi krisis benih, Pemkab Asahan juga telah menyuplai bantuan benih dari Pemerintah provinsi. Namun, ungkap Jhony, kabar-kabarnya, pemprov pun telah kehabisan stok benih.
Akibat banjir yang masih terus terjadi ini, Dinas Pertanian Pemkab Asahan memprediksi akan terjadi penurunan produksi tanaman pangan cukup tajam. Setidaknya, dia mengestimasi angka penurunan produksi bisa mencapai 10-20 persen.
"Makanya kita saat ini sedang berpikir bagaimana untuk mempush petani agar cepat mencairkan klaim asuransi pertanian agar masa tanam bisa terkejar,"pungkasnya.