Sleman, Gatra.com - Sekitar 230 warga Kalitengah Lor, Glagaharjo, Cangkringan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, sudah lebih dari satu bulan bertahan di pengungsian untuk mengantisipasi bencana Gunung Merapi. Kelompok rentan diberi vitamin dan hiburan agar tetap sehat dan betah.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman, Joko Supriyanto, mengatakan, setiap hari pengungsi dicek kesehatannya oleh petugas medis untuk memantau kondisi mereka.
"Ada tambahan vitamin yang dibagikan di pos kesehatan," kata Joko saat dihubungi melalui telepon, Selasa (14/12).
Joko mengatakan para lansia dan anak-anak juga mendapat pendampingan agar mereka betah barak pengungsian. Mereka juga diberikan hiburan seperti pertunjukan komedi dan permainan musik. "Setiap dua hari sekali ada hiburannya. Ada dagelan, elekton, nyanyi-nyanyi. Jadi senang," katanya.
Menurut Joko, sebagian pengugsi memang pulang ke rumah mereka di Kalitengah Lor saat siang. Mereka pulang untuk bersih-bersih atau mencari rumput untuk pakan ternak. "Tapi lalu kembali. Tidurnya di barak. Lansia ya tetap ngarit (mencari rumput). Mereka kan punya sapi," katanya.
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta, Hanik Humaida, mengatakan, saat ini aktivitas Merapi masih fluktuatif tinggi. Menurutnya, potensi bahaya belum berubah sejak status Merapi naik dari level II 'Waspada' menjadi level III 'Siaga'.
"Lamanya aktivitas ini membutuhkan suatu kesabaran. Barangkali mungkin (berpikir) kok lama sekali. Ini juga harus kita lalui. Karena karakter Merapi, suatu erupsi dengan erupsi lainnya beda," katanya.
Hanik meminta masyarakat terus mengikuti informasi aktivitas Merapi dari BPPTKG dan mengikuti anjuran pemerintah daerah. "Mudah-mudahan Merapi segera berakhir krisisnya," ucapnya.