Yogyakarta, Gatra.com – Rekahan-rekahan di dalam kawah Gunung Merapi selama seminggu terakhir terus muncul dan memanjang karena desakan-desakan magma ke permukaan.
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta, Hanik Humaida, menyatakan pemantauan Merapi selama satu minggu terakhir ini menunjukkan perubahan morfologi di dalam kawah.
“Jadi ada rekahan yang memanjang. Tadinya sekitar 65 meter menjadi 120 meter. Kemudian ada yang panjangnya 70 meter dan ada yang 30 meter,” kata Hanik dalam konferensi pers ‘Aktivitas Merapi Terkini’ secara virtual, Jumat (11/12) sore.
Hanik menjelaskan rekahan-rekahan itu dampak dari aktivitas vulkanik Merapi. “Adanya desakan-desakan magma yang terus terjadi itu berdampak pada adanya rekahan-rekahan,” katanya.
Menurut Hanik, selama satu minggu ini terjadi 232 kali gempa vulkanik dangkal, 1.692 kali gempa fase banyak, 5 kali gempa frekuensi rendah, 256 kali gempa guguran, 209 kali gempa embusan, dan 2 kali gempa tektonik. Intensitas kegempaan pada minggu ini lebih rendah dibanding minggu lalu.
Hanik mengatakan, berdasarkan data pemantauan melalui metode Electronic Distance Measurements (EDM), potensi bahanya erupsi atau awan panas berada di sisi barat atau barat laut Merapi. “Tapi ancaman bahaya juga dilihat dari morfologinya,” katanya.
Menurut Hanik, morfologi Merapi saat ini menunjukkan bukaan kawah ke Kali Gendol atau sisi tenggara. “Diameter kawah 400 meter, jadi jari-jarinya 200 meter. Kalau kubah lava muncul di tengah, potensi bahayanya di Kali Gendol atau ke arah tenggara,” katanya.
Hanik mengatakan aktivitas Merapi saat ini masih fluktuatif tinggi. Potensi bahaya masih sama seperti saat statusnya meningkat dari ‘Waspada’ menjadi ‘Siaga’ pada 5 November lalu.
“Lamanya aktivitas saat ini membutuhkan suatu kesabaran walaupun mungkin lama sekali. Ini juga yang harus kita lalui. Karena karakter Merapi saat erupsi dengan erupsi lain memang beda,” ucapnya.