Washington, D.C, Gatra.com - Perdagangan di bidang jasa dan produk digital akan semakin ditingkatkan dalam kerangka kerja sama ekonomi bilateral Indonesia dan Amerika Serikat, apalagi di tengah Pandemi Covid-19 saat ini.
Potensi sektor jasa dan digital sangat luar biasa dan diharapkan akan menjadi salah satu primadona perdagangan kedua negara, melengkapi sektor-sektor lain yang sudah berkembang dengan baik.
Pernyataan ini disampaikan Duta Besar (Dubes) Indonesia untuk AS, Muhammad Lutfi, saat memberikan paparan secara khusus di depan ratusan pelaku pebisnis dan investor dari AS dan Indonesia yang menghadiri, The 8 Annual US-Indonesia Investment Summit yang digelar oleh US Chamber of Commerce.
Dalam acara yang dipandu langsung oleh Charles Freeman, Senior Vice President urusan Asia dari US Chamber of Commerce tersebut, Dubes Lutfi juga memaparkan mengenai keberadaan Omnibus Law yang membawa perbaikan iklim investasi dan aktivitas perekonomian nasional di tanah air.
Omnibus Law sangat dibutuhkan untuk lebih meningkatkan kepercayaan investor asing, termasuk dari AS untuk berinvestasi ke Indonesia karena adanya kebijakan yang lebih transparan dan tidak tumpang tindih.
"Investasi asing sangat krusial bukan hanya untuk membantu mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional Indonesia, namun juga untuk mendorong transfer teknologi," ujar Dubes Lutfi yang sebelumnya pernah menjabat sebagai Menteri Perdagangan dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
Dubes Lutfi juga mempromosikan Sovereign Wealth Fund (SWF) Indonesia. “Sovereign Wealth Fund bagus untuk Indonesia dan juga untuk AS. SWF akan mendorong transparansi dalam konteks tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) dan pengelolaan infrastruktur di kawasan,” jelasnya.
Bagi Indonesia, inovasi, perbaikan sistem pendidikan dan kesehatan, serta transfer teknologi menjadi kunci dalam mencapai target pertumbuhan ekonomi.
Kurang dari tiga bulan sejak dilantik oleh Presiden RI (Joko Widodo) pada September 2020, Dubes Lutfi dinilai telah menjadi figur utama penggerak diplomasi Indonesia di AS, di tengah upaya pemulihan ekonomi nasional di masa Pandemi Covid-19.
Capaian diplomasi RI-AS dalam tiga bulan terakhir antara lain berupa perpanjangan pemberian fasilitas Generalized System of Preferences (GSP) kepada Indonesia.
Indonesia dan AS juga telah menandatangani Nota Kesepahaman mengenai pendanaan infrastruktur dan perdagangan senilai US$ 750 juta dengan Bank Exim AS.
Eratnya diplomasi kedua negara juga semakin terasa dengan adanya saling kunjung pejabat tinggi pemerintah kedua negara, seperti Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi, Menteri Pertahanan RI, Menteri Luar Negeri AS, Acting Menhan AS, dan CEO US International Development Finance Corporation.
Acara 'The 8th Annual US-Indonesia Investment Summit: Partners in Recovery' ini digagas oleh American Chamber of Commerce Indonesia dan US Chamber of Commerce.