Home Politik Nasdem Gasak Golkar, Begini Efek Politiknya

Nasdem Gasak Golkar, Begini Efek Politiknya

Pekanbaru, Gatra.com- Capaian Partai Nasdem yang lebih menjanjikan dibanding Partai Golkar pada 9 pilkada serentak di Riau tahun 2020, dapat memantik pegeseran kalkulasi politik antara Gubernur Riau Syamsuar dengan wakilnya Edy Natar Nasution.

Diketahui, Wakil Gubernur Riau Edy Natar Nasution hingga kini masih berafiliasi dengan Partai Nasdem sebagai Ketua Dewan Pakar Nasdem Riau. Nasdem merupakan salah satu partai pengusung Syamsuar-Edy Natar pada pilgub 2018 bersama PAN dan PKS. Seiring waktu, Gubernur Riau Syamsuar memutuskan kembali ke Partai Golkar setelah sempat bernaung di PAN.

Adapun, pada pilkada serentak 2020 di Riau,Nasdem dipekirakan menang di 5 wilayah dari 9 gelaran pilkada. Jumlah tersebut mengungguli peluang kemenangan Partai Golkar yang dipekirakan hanya di dua wilayah.Pun begitu, torehan Nasdem lebih dominan dibandingkan capaian PKS yang dipekirakan cuma di tiga wilayah, dan PAN yang hanya dua wilayah.

Kepada Gatra.com, pengamat politik dari Universitas Islam Riau, Panca Setyo Prihatin, mengatakan capaian partai politik pada pilkada 2020 merupakan potongan puzzle untuk menaksir peta politik pada pemilihan kepala daerah 2024 atau pemilihan presiden 2024.

Menurutnya, sekalipun momen tersebut masih menyisahkan beberapa tahun. Namun, secara momen politik itu hanya menyiksakan waktu sekian tahun.

"Kerja-kerja politik untuk mendapatkan kekuasaan atau mempertahankan keluasaan, tidak berdasarkan tanggal pelantikan maupun tanggal purna bakti. Tapi lebih kepada momen politik yang hadir setiap tahunnya, dengan demikian hajatan pilkada 2020, merupakan pijakan untuk menyusun kerja politik menghadapi tahun 2024. Artinya capaian Nasdem pada pilkada 2020 bobot politiknya lebih unggul dibandingkan Golkar, apakah untuk pilkada maupun pemilu,"bebernya melalui sambungan seluler, Kamis (10/12).

Panca mengamini, meski ada unsur figur dan ketokohan kandidat yang mempengaruhi kemenangan pada pilkada 2020, namun secara umum hasil pilkada bakal mencerminkan kekuatan partai politik di daerah yang menggelar pilkada.

Lebih lanjut ia mengatakan, pilkada 2020 memberikan contoh bagaimana sikap pragmatis partai politik banyak membantu ditengah terbatasnya ruang gerak pada pilkada 2020 lantaran pandemi Covid-19. Ia mencontohkan kemenangan Nasdem yang tidak diperoleh melalui kader murni.

"Terlepas yang diusung dan menang itu, bukan kader murni, pilihan itu tetap menguntungkan partai. Sebab, kalau nanti dilantik menjadi kepala daerah, besar peluangnya mereka bakal dikaderkan dan akan menjadi ketua Partai Nasdem. Posisi tersebut sedikit banyaknya bakal membantu partai bersiap menatap agenda politik berikutnya. "

Sebagai perbandingan, pada perhelatan pilkada di 9 wilayah di Riau, Partai Golkar mengusung seluruh kadernnya.

Dalam suatu kesempatan, Ketua DPW Nasdem, Willy Aditya, menyebut pada setiap gelaran pilkada pihaknya tidak mungkin memaksakan diri meniru partai mapan. Pasalnya sebagai partai terbilang baru, Nasdem tidak memiliki banyak waktu membentuk kader murni.

"Kita rasional saja, kita partai baru yang tak mungkin memiliki banyak stok kader. Nasdem ini bukan Barcelona yang ada akademi sepakbolanya sejak dini. Jadi kalau ada figur yang punya peluang menjanjikan berdasarkan penjaringan (survei) , kita akan mendukungnya sekalipun dia bukan kader."

Sebagai informasi, pada pilkada 2020 di Riau Nasdem berpeluang menang di Kota Dumai, Kabupaten Bengkalis, Rokan Hulu, Rokan Hilir, dan Siak.

1199

KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR