Home Ekonomi Medco akan Agresif Ekspansi Akuisisi dan Eksplorasi

Medco akan Agresif Ekspansi Akuisisi dan Eksplorasi

Jakarta, Gatra.com – Dampak pandemi coronavirus disease 2019 (Covid)-19 menghantam hampir seluruh sektor usaha, tak terkecuali bidang energi. Harga bahan bakar atau energi pun sempat melorot dan permintaan pasar menurun drastis. Medco Energi Internasional di tahun 2021 akan agresif melakukan ekspansi melalui akuisisi dan eksplorasi.

Chief Human Capital & Business Support Medco Energi Internasional (MedcoEnergi), Amri Siregar, dalam konferensi pers dan media gathering virtual pada Selasa (8/12), menyampaikan, pandemi Covid-19 ini meluas sangat cepat dan berdampak signifikan terhadap berbagai aspek dan lini kehidupan di dunia, tak tekecuali Indonesia.

Upaya global untuk menahan penyebaran virus corona jenis baru, SARS CoV-2, dampaknya cukup berat pada sektor ekonomi. "Menurunnya tingkat permintaan dalam pasar energi. Sementara pasokan semakin meningkat, menjadikan kondisi yang sangat menantang bagi industri kita," ujarnya.

Amri dalam acara rangkaian Hari Ulang Tahun (HUT) ke-40 MedcoEnergi ini, mengungkapkan, kondisi tersebut menjadi tantangan semua pihak, tak terkecuali bagi MedcoEnergi. "Menyadari hal ini, strategi perusahaan adalah untuk terus mengembangkan sumber daya, memanfaatkan sinergi di dalam kelompok usaha melalui integrasi aset, dan terus meningkatkan efisinsi dan daya saing," ungkapnya.

Menurutnya, 40 tahun MedcoEnergi bukan waktu singkat. Banyak dinamika mewarnai liku perjalanan korporasi untuk tetap bertahan dan bahkan mengembangkan usaha di bidang minyak dan gas (migas) yang penuh tantangan. "MedcoEnergi masih bisa membuktikan diri untuk tumbuh dan menjadi salah satu perusahaan energi dan sumber daya alam di Asia Tenggara," ujarnya.

Sementara itu, Direktur Utama (Dirut) MedcoEnergi, Hilmi Panigoro, mengungkapkan, MedcoEnergi berawal dari perusahaan jasa pengeboran yang berdiri pada tahun 1980 silam. Untuk bisa berkembang dan menjadi pemain di migas, tidak bisa hanya menjadi penyedia jasa semata.

"Kita harus menjadi produsen. Itulah yang mengawali rencana kita menjadi pemain di bisnis migas melalui produksi dan eksplorasi," ungkapnya.

Hilmi menyampaikan, saat ini MedcoEnergi fokus di 3 bidang utama. "Core kita masih di migas. Untuk tahun 2020, tadinya kita menargetkan produksi sekitar 115 ribu, tapi karena adanya Covid ini, kita melakukan upaya-upaya dengan memotong capex, sehingga target kita turunkan sedikit menjadi sekitar 100-105 ribu barel oil per hari," ungkapnya.

Meskipun saat ini banyak perusahaan besar yang mengalihkan fokusnya dari energi fosil, lanjut Hilmi, namun Indonesia ini unik karena masih membutuhkan produksi minyak yang sangat besar. Saat ini, dibutuhkan sekitar 1,6 juta barel minyak per hari dan angkanya masih terus tumbuh. Sementara itu, produksi nasional masih jauh dari kebutuhan.

Jomplangnya kebutuhan dan produksi membuat peran perusahaan migas, baik nasional dan internasional masih sangat dibutuhkan. "Oleh karena itulah di migas, kita [MedcoEnergi] akan lebih agresif melakukan ekspansi, baik akuisisi maupun eksplorasi," ujarnya.

Sedangkan saat ditanya apakah MedcoEnergi tertarik mengakuisisi Blok Rokan yang akan dilepas Pertamina sebesar 50% untuk partnership, Hilmi mengatakan, perusahaan yang saat ini kegiatan bisnis utamanya di migas, tentunya mengganti dan menambah cadangan merupakan keniscayaan.

"Dua-duanya kita lakukan. Pertama, dengan organik, dengan eksplorasi. Kedua, secara anorganik dengan akuisisi," ujarnya.

Hilmi menyampaikan, ketika harga minyak tinggi, maka akses pendanaan akan semakin banyak yang dapat digunakan untuk kegiatan eksplorasi. Jika sebaliknya, akan banyak aset-aset migas yang bagus dan harganya realistis untuk diakuisisi. "Nah, sekarang ini harganya ya relatif rendah, ada lebih tinggi, jadi dua-duanya kita kerjakan," ucapnya.

MedoEnergi, lanjut Hilmi, mempunyai business development group yang terus bekerja keras memantu aset-aset untuk diakusisi. Setiap ada kesempatan, bagian tersebut akan mengalkulasinya.

"Untuk menjawab pertanyaan soal Rokan, pasti kita kejar. Term condition dan harganya cocok, kita akan beli barang. To make sure bahwa yang kita beli ini sifatnya akritif, memberikan pertumbuhan dan memperkuat strukture capital kita," katanya.

Fokus MedcoEnergi selanjutnya, kata Hilmi, yakni listrik yang merupakan energi masa depan. Pasalnya, masyarakat pada akhirnya akan beralih menggunakan energi ini untuk menunjang berbagai aktivitasnya. "Ini pilar masa depan yang penting bagi kami," ucapnya.

Fokus MedcoEnergi lainnya, yakni tambang tembaga (copper) dan emas. Di sektor ini, Hilmi menyebut bahwa MedcoEnergi merupakan perusahaan terbesar kedua setelah Freeport.

"Kami harapkan dengan operasi di fase 7 sekarang dan kita develop, di 5 tahun mendatang, kita harapkan menjadi salah satu produsen kunci untuk emas di Indonesia maupun internasional," ujarnya.

Sedangkan untuk kinerja korporasi tahun 2020, Hilmi menyampaikan angka untuk 9 bulan terakhir. "EBITDA tadinya dengan harga minyak tinggi akan lebih mendekati 1 million dollars, sekarang hanya bisa dicapai sekitar Rp422 juta. Namun, kita tetap mensyukuri karena dengan stuktur biaya relatif rendah, kami masih bisa menghasilkan EBITDA yang positif dari hasil operasi kami," ujarnya.

Adapun untuk likuiditas korporasi, masih terjaga baik. Pasalnya, awal 2020 mendapat dana segar, sehingga memiliki likuditas yang baik. "Kita masuk 2020 dengan kas lebih dari sekitar US$600 juta," ujarnya.

Guna memperkuat struktur kapital, korporasi juga berhasil melakukan rights issue dan meraup Rp1,8 triliun. Selain itu, korporasi menurunkan utang dengan membayar kembali utang sekitar US$170 juta.

"Jadi 2020 kami memfokuskan untuk make sure seluruh human capital kita agar sistem dan operasi kita terjaga keselamatannya. Kami melakukan blend. Alhamdulillah upaya ini menghasilkan buahnya," ujar dia.

Sedangkan untuk mencegah penyebaran Covid-19 serta keselamatan karyawan dan keluarganya, perusahaan melakukan tes usap PCR kepada 28 ribu orang yang keluar masuk dari daerah operasi.

"Sebanyak 28 ribu itu, yang positif hanya skitar 1%. Dan 1% itu yang sekarang masih aktif," katanya.

372