Surabaya, Gatra.com - Komisi Pemilihan Umum (KPU) Surabaya kembali menggelar debat publik putaran ke-3. Seperti pada debat publik putaran ke-2 dan pertama, para kandidat Pilwali Surabaya beradu gagasan dan argumen pada sesi ke-4.
Sebagai informasi, debat publik kali ini mengusung tema sinergi pembangunan berkelanjutan dan berwawasan kebangsaan. Selain itu, ada juga subtema tentang konsep nasionalisme kaitannya dengan kondisi Surabaya terkini yang dipaparkan kedua pasangan kandidat Pilwali Surabaya.
Calon wali dan wakil wali kota Surabaya nomor urut 2 Machfud Arifin dan Mujiaman mendapat giliran pertama yang melotarkan pertanyaan. Machfud menanyakan kendala seputar penanganan kesehatan masyarakat Surabaya yang cukup rendah dibanding kota lain di Jawa Timur.
"Surabaya dengan APBD yang cukup besar, tapi index pembangunan kesehatan masyarakat (IPKM) masih jauh ketinggalan. Yang jadi pertanyaan saya, apa kendalanya," tanya Machfud kepada pasangan calon wali dan wakil wali kota Surabaya nomor urut 1 Eri Cahyadi dan Armuji, Sabtu (5/12).
Menurutnya, IPKM Surabaya bahkan jauh tertinggal dibandingkan Kediri dan Nganjuk. Machfud menyebut bahwa Surabaya hanya menduduki peringkat ke-19 se-Jawa Timur dan ke-108 secara nasional.
Karenanya, Machfud berharap ada jawaban dari kubu Eri berupa upaya-upaya untuk mengejar ketertinggalan dalam bidang pelayanan kesehatan masyarakat itu. Dirinya berharap, Surabaya dapat menduduki peringkat sepuluh besar dalam hal layanan kesehatan masyarakat.
Mujiaman menambahkan, rendahnya IPKM di Surabaya lebih dipengaruhi oleh kurangnya peran pemerintah dalam memahami kebutuhan layanan kesehatan masyarakat Surabaya. Lebih spesifik, ia menilai bahwa faktor-faktor dalam IPKM tersebut yang seharusnya dipahami pemerintah kota Surabaya. "IPKM itu banyak dipengaruhi oleh kesehatan ibu, balita, dan anak. Ini yang paling mengganggu dan lemah di tempat (kota) kita," kata Mujiaman.
Sementara itu, Eri tidak memberikan jawaban secara langsung. Ia menjawab pertanyaan Machfud dengan jumlah penduduk Surabaya yang mencapai tiga jutaan jiwa lebih.
Menurutnya, itulah tantangan pemerintah kota Surabaya selama ini dalam upaya penyediaan layanan kesehatan yang memadai. Sehingga, saat layanan kesehatan di Surabaya dinilai belum maksimal, Eri yakin hal itu dikarenakan tingginya jumlah populasi yang mendiami kota Pahlawan.
"Karena kita harus tahu, jumlah penduduk di Surabaya jauh lebih banyak ketimbang Kediri. Nah kalau dibandingkan dengan (kota) yang jumlah warganya sedikit, (layanan kesehatan) Surabaya pasti meningkat," jawab Eri.
Meski demikian, Eri berargumen bahwa hal itu bukan menjadi kendalanya apabila dipercaya memimpin Surabaya nanti. Ia berjanji akan terus meningkatkan pelayanan kesehatan bagi semua Warga Surabaya.
Mulai dari subsidi BPJS bagi lansia, rencana pembangunan dua rumah sakit, dan menaikkan status puskesmas menjadi rumah sakit tipe D. Selain itu, ia juga akan meningkatkan upaya pengentasan stunting di Surabaya.
"Puskesmas selalu hadir layanannya. BPJS Kesehatan warga Surabaya, ter-cover. Kami juga sampaikan soal ibu hamil. Salah satunya, kami (pemerintah kota Surabaya) sudah meng-cover dengan BPJS Kesehatan. Sehingga siapapun yang melahirkan di Surabaya, sudah di-cover," jelasnya.