Jakarta, Gatra.com - Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, Dr. dr. Agus Dwi Susanto SpP(K) mengatakan, fenomena Long Covid saat ini memang banyak dibahas oleh para praktisi kesehatan. Dulu istilah ini dikenal dengan istilah post-covid syndrome atau kronik covid.
"Seiring dengan perkembangan, kemudian dipopulerkan termasuk juga oleh WHO dengan istilah Long Covid," kata Agus dalam perbincangan bertema "Mewaspadai Efek Jangka Panjang Covid-19", di Graha BNPB, Jakarta, Kamis (3/12).
Long Covid, kata Agus, adalah suatu kondisi gejala yang muncul pada pasien yang sudah dinyatakan sembuh. Gejala ini bisa muncul setelah hitungan minggu-bulan bahkan juga bisa menetap.
Gejalanya bervariasi, misalnya kelelahan kronik, gejala sesak nafas berat, termasuk juga gejala jantung berdebar-debar, nyeri sendi, nyeri otot hingga gangguan psikologi seperti depresi.
Agus yang juga merupakan Ketua departemen pulmonologi dan kedokteran respirasi FKUI ini menyatakan, Long Covid ini bukan disebabkan karena virus yang tersisa namun gejala sisa yang muncul setelah dinyatakan sembuh.
"Ini terjadi akibat, proses ketika sakit menimbulkan kelainan secara anatomik, yang kemudian mempengaruhi secara fungsional," jelas Agus.
Contohnya kata Agus, karena ia merupakan seorang dokter paru, ditemukan ada kekakuan pada paru (fibrosis), yang sifatnya menetap dalam masa 2-3 bulan. Maka pasien nafasnya akan menjadi berat dan agak susah.
Sekali lagi ia menegaskan, Long Covid tidak terkait dengan virus yang masih ada. Tetapi akibat Kelainan anatomi akibat terinfeksi Covid-19 yang sudah dinyatakan sembuh.
Sedangkan Long Covid ini muncul pada semua populasi, hanya saja proporsinya berbeda. Tapi ia menekankan, Long Covid ini berpotensi muncul pada pasien yang memiliki penyakit penyerta (komorbid).
Long Covid ini rentan juga terjadi pada orang lanjut usia, atau orang yang memiliki potensi penyakit kronik, misalnya pasien yang memiliki kebiasaan merokok sangat rentan terjadi Long Covid setelah para pasien dinyatakan sembuh dari hasil swab yang dinyatakan negatif.
Laporan terbaru WHO tentang efek jangka panjang Covid-19 yang dipublikasikan pada 9 September , menyebutkan Covid-19 dapat menyebabkan penyakit yang berkepanjangan bagi sebagian orang. Bahkan, pada orang dewasa dan anak-anak yang tanpa didasari menyebabkan kondisi medis kronis.
Beberapa gejala mungkin menetap atau berulang selama berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan setelah pemulihan awal. Hal ini, juga bisa terjadi pada orang dengan penyakit ringan.
Dalam survei yang dilakukan melalui sambungan telpon, 35% orang yang pernah terpapar Covid-19, kesehatannya belum pulih seperti semula 2-3 minggu setalah dinyatakan negatif.