Pekanbaru,Gatra.com - Dukungan personal yang diberikan Ustad Abdul Somad (UAS) terhadap sejumlah pasangan calon kepala daerah (cakada) di Riau, bakal memengaruhi persiapan partai politik menatap pemilu 2024 di Riau.
Pengamat komunikasi politik dari Universitas Muhammadiyah Riau, Aidil Haris, menyebut hasil pilkada 2020 merupakan fondasi awal bagi partai politik untuk agenda politik 2024. Oleh sebab itu, keterlibatan UAS pada pilkada 2020, memiliki dampak strategis bagi partai politik.
"Sekali pun dukungan itu bersifat personal, tetap saja cakada yang didukung UAS merupakan cakada yang diusung partai politik. Artinya, sokongan UAS pada cakada tersebut dengan sendirinya menjadi sumber daya politik bagi partai politik," ujarnya, Kamis (3/12).
Sumber daya politik atau pengaruh sangat burguna bagi partai politik ketika memulai kerja-kerja politik untuk pemilu 2024. Terlebih, posisi pimpinan kepala daerah, merupakan jabatan strategis secara politik. Hanya saja menurut Aidil, pengaruh UAS efek tetap terbatas bagi kerja-kerja politik.
"Untuk jangka pendek jelang 2024 itu pasti punya efek. Tapi belum tentu pengaruh tersebut bertahan hingga 2024, sebab bisa saja ada dinamika lain yang memengaruhi kerja-kerja politik pada tahun 2024," jelasnya.
Berdasarkan data yang dihimpun Gatra.com, PDI Perjuangan, Gerindra, dan Partai Demokrat merupakan partai nasionalis yang tidak memperoleh dukungan UAS melalui cakada yang bertarung di 9 pilkada 2020 di Riau. Kondisi berbeda dialami Partai Golkar dan NasDem.
Jika NasDem bisa memetik dukungan tersebut di pilkada Dumai melalui duet Paisal-Amris, maka Partai Golkar menemukan kondisi serupa di pilkada Kabupaten Pelalawan dengan duet Adi Sukemi-M.Rais. Sementara itu, semua partai becorak Islam mendapatkan hal serupa, dengan rincian PKS (pilkada Indragiri Hulu), PKB (pilkada Indragiri Hulu dan pilkada Rokan Hulu), PAN (pilkada Rokan Hulu), dan PPP (pilkada Dumai).
Adapun dukungan yang diberikan UAS, umumnya berpijak pada penilaian personal atas cakada. Mereka yang diusung cendrung punya rekam jejak membantu UAS berdakwah dan dapat diharapkan untuk membumikan kegiatan bersendikan Islam jika nanti terpilih.
Sementara itu, sahabat UAS, Hendriyanto, mengatakan, perbaikan politik menjadi salah satu penekanan ceramah yang dilakukan UAS selama ini. Namun, penekanan tersebut juga dibarengi dengan tausiyah perbaikan pendidikan dan ekonomi. Oleh sebab itu, Hendriyanto menilai sokongan UAS terhadap cakada bersifat multiaspek.
"Konsen tausiyah itu ada tiga poin, perbaikan pendidikan, perbaikan ekonom, dan perbaikan politik. Nah, kalau sikap politik UAS pada pilkada 2020 dinilai memecah belah umat, itu adalah anggapan keliru," ujarnya.
Untuk diketahui, aktivitas UAS sebagai juru kampanye sempat memantik nada miring. Ulama jebolan Mesir itu dituding dapat memecah belah umat lantaran aktivitasnya memihak salah seorang calon.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Ilmu Politik Indonesia (AIPI) Provinsi Riau, Hasanudin, mengungkapkan, kemunculan UAS dalam aktivitas politik dapat menggerus minat pemilih muslim yang menjadi basis partai nasionalis.
"Kehadiran UAS memberikan warna baru bagi pemilih yang bukan pemilih militan partai Islam. Jadi, basis pemilih partai nasionalis lah yang akan bekurang," tegasnya.