Jakarta, Gatra.com- Ekonom sekaligus Komisaris Utama Bank Mandiri Moh Chatib Basri memprediksi pertumbuhan ekonomi kuartal keempat 2020 diperkirakan mendekati nol. Proyeksi ini dinilai membaik setelah kontraksi pada kuartal kedua dan ketiga.
“Pertumbuhan positif kemungkinan mulai kuartal pertama 2021, jadi akan ada perbaikan, tetapi polanya memang agak relatif lambat,” ungkap Chatib dalam webinar bertajuk Dunia Pasca Covid Ada Apa dengan 2021 Rabu (2/12).
Meski demikian, menurut Chatib, investasi kemungkinan masih akan turun. Saat ini, kenaikannya masih didorong oleh sektor permintaan.
Jika permintaan naik, menurut Chatib akan berdampak pada terangkatnya investasi. “Kalau permintaan sudah ada, investasi akan bertambah,” katanya.
Chatib menyebut ada perubahan pola pengeluaran selama pandemi Covid-19. "Yang belanja itu kelompok bawah, yang kaya tidak belanja, kenapa karena dia mengurangi konsumsi non-esensialnya," kata Chatib.
Data Office of Chief Economist Bank Mandiri menyebut pengeluaran kelompok kaya turun ke angka 69,7% dari posisi normal 100%. Sedangkan kelompok menengah mengurangi belanja hingga di angka 72,4%.
Namun kelompok miskin meski turun, pengeluaran mereka yang didominasi makanan masih ada pada angka 84,2%. "Kalau kita melihat mereka yang berada di sektor informal, income-nya 70% dari kondisi normal, berarti covid ini membuat pendapatannya turun sekitar 30% dan dunia usaha atau UMKM 15% lebih rendah," papar Chatib.
Menurut dia, kebijakan pemerintah sebaiknya memang fokus pada dua kelompok tersebut. Yakni untuk menjaga kelompok miskin agar tetap bisa berbelanja makanan. Juga mendorong si menengah dan si kaya berbelanja lagi.
Chatib menyebut, bantuan sosial seperti BLT, PKH, cukup efektif mendongkrak perekonomian. Dimana konsumsi yang sempat minus 5,5% menjadi minus 4%.
Founder Ancora Group Gita Wirjawan menyebut saat ini permintaan menjadi kunci untuk menjaga ekonomi Indonesia. “Karena 55-60% dari porsi ekonomi kita terkait dengan konsumsi domestik," katanya.
Sehingga, menurut Gita, retail tidak lepas dari pendekatan-pendekatan di mana kita harus menempatkan dana, uang atau daya beli di setiap anggota masyarakat luas di Indonesia.
Menurut dia, upaya mendongkrak daya beli masyarakat sudah mulai menampakkan hasil. “Tapi apakah itu akan membawa pemulihan yang meluas, saya melihat ini sangat dibatasi oleh secepat apa kita bisa melakukan vaksinasi,” pungkasnya.