Semarang, Gatra.com - Munculnya surat edaran dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Nomor : B. 22891 IDJPT/Pl.130/Xl/2020 yang menyatakan menghentikan sementara penerbitan Surat Penetapan Waktu Pengeluaran (SPWP) terkait ekspor benih bening lobster membuat para nelayan kebingungan.
Kepala Dinas Kelautan Dan Perikanan (DKP) Jawa Tengah, Fendiawan Tiskiantoro mengatakan Keputusan pemerintah pusat untuk menyetop ekspor benih lobster telah mengakibatkan para nelayan di Jawa Tengah kebingungan karena tidak bisa beraktivitas mencari nafkah guna mencari lobster, padahal selama ini nelayan benih lobster sudah terlanjur bermitra dengan para eksportir.
Menurut Fendi, sesuai surat edaran yang ditanda angani Plt Dirjen Perikanan Tangkap KKP Muhamad Zaini, maka ekspor Benih Bening Lobster atau BBL diberhentikan per 26 November kemarin. Untuk sementara waktu penerbitan izinnya juga dihentikan dengan batas waktu tidak ditentukan sehingga otomatis nelayan lobster tidak bisa beraktivitas lagi.
"Selama ini para nelayan di Jawa Tengah mencari benih lobster yang tersebar di sepanjang jalur Pantai Selatan Jawa Tengah. Sejak tiga bulan terakhir atau atau dari Agustus hingga Oktober 2020, mereka telah beraktivitas menangkap benih lobster di perairan pantai Kabupaten Cilacap, Kebumen dan Purworejo," kata Fendiawan saat di temui di ruang kerjanya, Rabu (2/12/2020)..
Fendi menjelaskan, jumlah nelayan yang mencari nafkah mencari Lobster ada di di Jawa Tengah berjumlah 2.376 nelayan yang berasal dari tiga kota kabupaten yaitu Cilacap mencapai 1.470 orang, di Kebumen ada 560 orang dan di Purworejo ada 346 orang.
"Para nelayan tersebut diwajibkan membentuk Kelompok Usaha Bersama (KUB) agar dapat bermitra dengan para eksportir, dengan jumlah Total KUB-nya ada 27 di Cilacap, Kebumen ada 34 KUB dan 5 KUB di Purworejo. Mereka ini yang sudah kerjasama resmi sama eksportir. Jumlah anggotanya minimal 10 orang," kata Fendi.
Benih lobster yang sudah ditangkap, kata Fendi di Cilacap berjumlah 369.289 ekor. Dengan rincian sebanyak 380.836 lobster pasir dan sekitar 9.000 ekor lobster mutiara. Di Kebumen, jumlah benih lobster yang sudah ditangkap tiga bulan terakhir ada 12.527 ekor. Meliputi lobster pasir 10 ribu ekor dan lobster mutiara 1.771 ekor.
"Hasil tangkapan nelayan Kebumen lebih sedikit ketimbang Cilacap. Kalau yang di Purworejo datanya belum diinput kepada kami. Kita sudah kirim surat ke mereka. Agar perkembangannya bisa dipantau," jelasnya.
Ia menyampaikan alat tangkap yang dipakai nelayan benih lobster selama ini bersifat pasif. Mereka menangkap memakai jaring yang ditenggelamkan ke laut. Kemudian alat penerangannya memakai lampu.
Setelah benih lobsternya terlihat menempel di dinding jaring, baru bisa diangkat ke atas perahu. "Jadinya nelayan benih lobster di Pansela cuma pakai alat-alat pasif. Belum ada yang modern," katanya.
Para nelayan benih lobster di pantai selatan Jateng selama tiga bulan terakhir sudah bekerjasama dengan enam eksportir. Masing-masing nama eksportirnya adalah PT Wiratama Mitra Mulia, PT Tania Asia Marina, CV Guntur Jaya Perkasa, PT Samudera Jaya, PT Lina Marlina Zarah dan Karunia Laut Jakarta.
"Setelah kegiatan ekspornya distop, nelayan lobster di sana sekarang malah panik. Mereka kebingungan karena serapan benih lobsternya mau dikirim kemana. Padahal sentra budidaya lobster paling maju di Indonesia cuma ada di Nusa Tenggara Barat (NTB)," tandasnya.