Jakarta, Gatra.com – Kasus HIV/AIDS di Indonesia pada hari ini yang bertepatan dengan Hari AIDS Se-dunia diperkirakan sebanyak 543.075. Sama seperti kasus kesehatan umumnya, HIV/AIDS pun sering dikaitkan dengan isu penting, di antaranya soal rehabilitasi sosial pada Orang dengan HIV (ODHIV).
Menteri Sosial (Mensos), Juliari P. Batubara, dalam keterangan pers, Selasa (1/12), menyampaikn bahwa salah satu kebijakan program Kementerian Sosial (Kemensos) saat ini berfokus pada peningkatan kapasitas dan kualitas sumber daya manusia (SDM) Penerima Manfaat (PM).
Menurutnya, salah satu sasaran dan peningkatan SDM melalui program rehabilitasi sosial, adalah ODHIV. Hal ini dibuktikan dengan adanya empat Balai dan Loka Rehabilitasi Sosial untuk ODHIV yang tersebar di beberapa daerah di Indonesia.
Salah seorang PM ODHIV Balai Rehabilitasi Sosial Orang dengan HIV (BRSODH) “Bahagia” Medan, AP (43 tahun), yang telah menyelesaikan Time Bound Shelter (layanan rehabilitasi sosial terhadap ODHIV di balai) pada Juni 2019 lalu, menyampaikan bahwa dalam kurun waktu 6 bulan di balai, merasakan efek positif yang luar biasa besar.
"Banyak kegiatan yang dilakukan selama berada di balai. Saya tidak pernah merasa bosan karena dari pagi sampai sore pasti selalu ada acara," ungkapnya.
Pria yang kini tinggal di Muara Enim, Sumatra Selatan (Sumsel) tersebut, mengungkapkan, salah satu kegiatan favorit di balai adalah memotret objek alam. Hobinya dalam bidang fotografi merupakan salah satu keahlian yang dipelajarinya selama menjalani Time Bound Shelter.
“Saya memilih fotografi karena kagum dengan keindahan alam. Dalam pelatihan fotografi yang diarahkan oleh instruktur, kami mempelajari teori-teori fotografi yang kemudian dipraktekkan di dalam ruangan dan luar ruangan, termasuk luar balai," katanya.
Tak hanya terapi penghidupan, AP juga rutin menjalani berbagai macam terapi lainnya di Balai “Bahagia” Medan, antara lain terapi fisik, mental dan spiritual, psikososial, dan seni. Semua kegiatan tersebut dilaksanakan secara individu maupun berkelompok dan dipandu oleh pekerja sosial, psikolog atau pemuka agama, berdasarkan spesialisasinya masing-masing.
Sesuai dengan Peringatan HIV/AIDS sedunia tahun ini yang mengangkat tema "Solidaritas Global, Tanggung Jawab Bersama", dukungan dari keluarga, komunitas, serta pemerintah melalui pendampingan Balai Rehabilitasi Sosial terhadap ODHIV diperlukan guna membangun semangat dan daya juang mereka di tengah masyarakat.
"Sejak awal saya open status sebagai ODHIV, seluruh anggota keluarga maupun teman-teman alumni kampus saya selalu memberikan dukungan yang ditunjukkan dengan berbagai macam cara," ungkapnya.
Menurut AP, salah satunya dengan mengirimkan hidangan dari kampung halaman ketika ia berada di balai. Selain itu, peran sang istri pun cukup besar karena dia mendukung untuk pergi ke Balai “Bahagia” Medan tepat dua pekan setelah menikah.
Dukungan keluarga, lanjut AP, merupakan penyemangatnya dalam mengembangkan minatnya di bidang fotografi. Saat ini, ia tengah mengumpulkan modal usaha di bidang fotografi. Selama setahun terakhir, ia merintis usaha toko parfum refill dan makanan yang modalnya berasa dari BanTu (Bantuan Bertujuan) Kemensos serta bantuan dari orang tuanya.
Sama halnya dengan dukungan keluarga, AP juga merasakan hangatnya dukungan pendamping dan staf balai selama menjalani Time Bound Shelter. "Meskipun sudah tidak menjadi PM, saya tetap menjaga tali silaturahmi dengan mereka. Bagi saya, teman-teman di Balai 'Bahagia' adalah orang tua sekaligus keluarga kedua saya di Medan," ungkapnya.
Senada dengan AP, Maidinse Hutasoit selaku Pekerja Sosial di Balai “Bahagia” Medan menyebutkan bahwa dukungan dan pendampingan terhadap ODHIV adalah hal krusial.
"Setelah PM menyelesaikan Time Bound Shelter, Balai 'Bahagia' Medan tetap melakukan pemantauan terhadap mereka," ujarnya.
Perempuan yang akrab disapa May ini menyebut bahwa tidak hanya mampu berdikari dengan berwirausaha, para PM Balai "Bahagia" Medan yang sudah melakukan terminasi juga kerap menjadi motivator bagi sesama ODHIV di Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) maupun Kelompok Dukungan Sebaya (KDS).