Slawi, Gatra.com - Puluhan orang menggelar aksi penolakan terhadap Front Pembela Islam (FPI) di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Selasa (1/12). Aksi yang berlangsung damai ini berujung pembubaran oleh polisi.
Peserta aksi yang digelar di kawasan Monumen Gerakan Banteng Nasional (GBN), Slawi tersebut menamakan diri Ronggolawe. Mereka membentangkan sejumlah spanduk berisi sikap penolakan terhadap keberadaan FPI di Kabupaten Tegal.
Selain membentangkan spanduk, peserta aksi juga bergantian berorasi menggunakan pengeras suara. "FPI adalah perongrong pemerintahan. Maka kami menolak keras FPI di Kabupaten Tegal," ujar salah peserta aksi dalam orasinya.
Namun baru beberapa menit berlangsung, aparat dari Polres Tegal membubarkan peserta aksi karena aksi tersebut dinilai tidak mengantongi izin dari kepolisian.
Ketua Ronggolawe Kabupaten Tegal, Nurrohman Nasori mengakui aksi yang digelar pihaknya tidak mendapat izin dari kepolisian.
"Saya sudah ajukan izin ke Polres Tegal sejak 10 hari yang lalu, ditolak, tidak dizinkan, tapi masyarakat banyak yang meminta untuk gelar aksi. Kalau dibubarkan ya tidak masalah," ujarnya.
Menurut Nurohman, aksi digelar untuk menyatakan sikap penolakan warga Kabupaten Tegal terhadap keberadaan FPI."Islam itu rahmatan lil alamin, jadi tidak perlu pakai front-front-an. Kalau ada yang mengobok-obok Islam, pasti umat Islam akan membela," katanya.
Meski belum sampai ada di Kabupaten Tegal, Nurohman mengatakan, masyarakat sudah resah dengan tindakan-tindakan FPI. Ormas yang dipimpin Muhammad Rizieq Shihab itu juga dinilai merongrong pemerintah.
"Kami juga pendukung Jokowi-Ma'ruf Amin, warga Nahdlatul Ulama. Kami akan menghalau pengacau ingin menghancurkan NKRI. FPI sepertinya belum ada di Kabupaten Tegal, tapi ada beberapa baliho (Habib Rizieq) yang sudah diturunkan," tandasnya.
Nurohman menyebut, warga yang ikut berjumlah 50 orang yang merupakan perwakilan dari warga dari sejumlah desa di Kabupaten Tegal.
"Karena situasi saat ini sedang pandemi, jadi kami hanya 50 orang yang aksi. Tapi anggota Ronggolawe ada sekitar 3.000," tegasnya.