Pekalongan, Gatra.com- Pemerintah Kota (Pemkot) Pekalongan, Jawa Tengah belum mengizinkan pelaksanaan pembelajaran tatap muka di sekolah. Hal ini mempertimbangkan masih tingginya jumlah kasus Covid-19.
“Sampai sekarang belum berani. Statusnya masih belum memungkinkan (pembelajaran tatap muka),” kata Wali Kota Pekalongan, Saelany Machfudz, Senin (30/11).
Menurut Saelany, belum digelarnya pembelajaran tatap muka tersebut mempertimbangkan jumlah kasus Covid-19 masih tinggi. Peningkatan ini membuat status risiko Kota Pekalongan berubah dari awalnya zona hijau, kuning dan orange menjadi zona merah.
Apalagi, kata Saelany, muncul klaster penularan Covid-19 baru di salah satu pondok pesantren (ponpes). Terdapat 14 santri di pondok pesantren ini yang positif Covid-19.
“Ini kita prihatin sekali apakah pesantrennya harus ditutup sementara atau dipulangkan terlebih dahulu santrinya, dan yang sakit harus diseriusi untuk penanganannya," ujarnya.
Terkait munculnya klaster tersebut, Saelany mengatakan, pengelola pondok pesantren sudah meminta agar seluruh santri dilakukan tes swab untuk mengantisipasi penularan.
"Kalau ada yang terkonfirmasi positif, kita harus cepat-cepat bertindak. Ini tidak bisa dibiarkan karena pesantren itu kan satu ruang saja untuk beberapa orang," ucapnya.
Saelany mengingatkan masyarakat untuk tetap menerapkan protokol kesehatan berupa memakai masker, mencuci tangan memakai sabun dan menjaga jarak aman minimal 1,5 hingga 2 meter. "Penerapan protokol kesehatan ini sebagai upaya pencegahan Covid-19 yang sangat efektif," kata dia.