Jepara, Gatra.com- Salah satu sekolah menengah pertama (SMP) swasta di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah dikabarkan menjadi klaster penyebaran Covid-19 setelah melakukan simulasi pembelajaran tatap muka (PTM) lebih awal. Menindaklanjuti hal ini, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Jepara bakal memanggil kepala sekolah dan pengelola SMP terkait.
Kepala Disdikpora Jepara Agus Tri Harjono mengatakan, akan memanggil kepala sekolah dan pengelola terkait untuk dimintai keterangan ihwal kejadian ini. Sebab, SMP swasta itu diketahui mencuri start karena menggelar simulasi PTM tanpa seizin dan rekomendasi dari dinas terlebih dahulu. Padahal, simulasi PTM baru dilaksanakan mulai Senin (31/11) hari ini.
"Kami belum tahu persis mengapa mereka berani pembelajaran tatap muka di sana. Karena kami belum ditembusi (surat izin) pada waktu itu," ujarnya, Senin (31/11).
Setelah dipanggil, Agus menegaskan, satuan pendidikan terkait diminta mengikuti garis-garis kebijakan Pemkab Jepara. Apalagi, saat ini Kota Ukir masih dalam zona oranye dan belum mengizinkan PTM. Namun, hanya sebatas simulasi dan pelaksanaan penilaian akhir semester gasal tahun pelajaran 2020/2021.
Terkait dengan simulasi PTM sekaligus pelaksanaan PAS di puluhan SMP lain di Jepara, Agus mengaku, tetap akan dilanjutkan dengan rencana selama 11 hari. Pelaksanaan ini diawasi secara ketat. Jika ditemukan kasus baru, maka simulasi wajib dihentikan.
“Jika ada pelanggaran protokol kesehatan atau ada situasi yang tidak diinginkan di masing-masing satuan pendidikan, keesokan harinya, sekolah dimaksud tidak boleh lagi ikut simulasi. Harus kembali memberlakukan PJJ. Bahkan jika perkembangan Covid-19 pada tingkat kabupaten memburuk, simulasi di seluruh sekolah langsung dihentikan,” tegasnya.
Sementara itu, Juru Bicara Satgas Covid-19 Jepara Muh Ali membenarkan, memang ada satu SMP swast di Jepara yang menjadi klaster penyebaran Covid-19 setelah melakukan simulasi PTM lebih awal. Hal ini diketahui setelah dilakukan tes swab kepada siswa dan guru.
"Itu kan ada simulasi pembelajaran tatap muka langsung, kemudian ada satu siswa yang bergejala lalu kami periksa. Ternyata ada yang positif Corona. Ada beberapa pelajar lain, tapi hasilnya ini belum jadi, lebih dari satu. Hasilnya belum selesai," jelasnya.