Semarang, Gatra.com - Survei Nasional Literasi Keuangan (SNLIK) 2019 yang dilakukan OJK menunjukkan, inklusi perasuransian baru mencapai 6,18 persen, jauh di bawah perbankan yang mencapai 73,88 persen.
Masih rendahnya inklusi asuransi menunjukkan ruang untuk industri ini masih bisa berkembang termasuk pada masa pandemi Covid-19, seperti sekarang ini. Di masa pandemi ini insurtech (insurance technology) bisa menjadi salah satu yang dimanfaatkan untuk peningkatkan inklusi dan bisnis asuransi.
Presiden Direktur & CEO Manulife Indonesia Ryan Charland, mengatakan, saat ini kesadaran masyarakat akan pentingnya asuransi sudah menunjukan peningkatan. Untuk Manulife sendiri, sampai saat ini sudah melindungi lebih dari 2 juta nasabah di seluruh Indonesia.
"Ke depannya, Manulife Indonesia berharap lebih banyak lagi masyarakat Indonesia yang mulai sadar akan pentingnya asuransi," katanya, melalui keterangan tertulis yang diterima Gatra.com, Minggu (29/11).
Dia mengatakan, pandemi Covid-19 memberikan tantangan tersendiri bagi Manulife Indonesia terutama bagaimana tetap terkoneksi dengan nasabah.
Ryan menyebut, selama masa pandemi Covid-19, Manulife Indonesia per 9 November 2020 telah melakukan pembayaran klaim terkait Covid-19 sejumlah Rp 54,5 miliar.
"Di masa pandemi Covid-19 seperti sekarang ini, Manulife Indonesia terus berkomitmen memberikan layanan penyedia solusi keuangan dengan membantu para nasabah menjalani hari semakin hari semakin baik," imbuhnya.
Sebagai upaya Manulife Indonesia untuk memberikan layanan kepada masyarakat di masa padami Covid-19, Ryan menyebut, Manulife memaksimalkan sejumlah langkah, seperti memanfaatkan layanan non face to face untuk nasabah, memperluas aplikasi digital dalam mengakses layanan seperti submit klaim, cek polis melalui MiAccount.
"Kami Juga bekerjasama dengan platform untuk memperluas jangkauan nasabah seperti dengan Halodoc. Nasabah korporasi Manulife dapat memanfaatkan layanan ini untuk cek kondisi kesehatan mereka di aplikasi tersebut," ucapnya.