
Jakarta, Gatra.com - Ketua Bidang Hubungan Antar-Lembaga Perkumpulan Bumi Alumni, Dr. Dewi Tenty, SH, MH, M.Kn, mengatakan, pihaknya mengajak para pelaku UMKM khususnya dari alumni Unpad untuk membangun jejaring pasar di Jepang.
Dewi dalam webbinar bertajuk "Membangun Jaringan Alumni Peluang Pasar di Jepang" pada akhir pekan ini, menyampaikan, Bumi Alumni menyasar Jepang karena sepanjang sejarahnya, Negeri Nippon ini adalah mitra dagang, baik impor maupun ekspor terbesar di Indonesia.
Menurutnya, pemilihan Jepang juga sebagai langkah awal supaya perluasan jejaring pasar bisa sampai ke negara-negara lainnya. Sesuai data di salah satu media pada 8 Oktober 2020, volume ekspor ke Jepang semakin meningkat.
"[Peningkatan ekspor] mulai dari ikan, udang, lobster, gula batu, bawang merah meningkat. Hubungannya sudah sangat harmonis," ungkap Dewi.
Di samping itu, terjadi peningkatan jumlah penduduk Indonesia yang bermukim di Jepang. Data 2019 menunjukan, 12,7% atau lebih dari 56 ribu penduduk Indonesia bermukim di sana.
Menurut Dewi, banyaknya warga negara Indonesia (WNI) yang bermukim di negeri sakura, itu merupakan suatu pasar juga karena orang Indonesia akan kangen dengan masakan kampung halamannya.
"Dengan webinar ini, kita harap membuat wawasan semakin meningkat, bagaimana cara membangun kerja sama dengan alumni dan pasar di Jepang," ujar Dewi.
Ketua bidang Hubungan Luar Negeri PBA, Nuning Hallet Phd, menambahkan, webbinar ini merupakan bagian dari kegiatan Bidang Hubungan Luar Negeri. "Kami akan membuat diskusi lainnya dalam membuka pasar di Korea Selatan dan Rusia," ujarnya.
Sementara itu, Ketua Umum PBA, Dr. Ary Zulfikar alias Azoo, sebagai keynote speaker dalam webbinar ini berharap, webinar ini dapat memperluas cakrawala pelaku UMKM untuk membuka pasar di Jepang. Para pelaku UMKM bisa memperoleh manfaat dari pengalaman-pengalaman narasumber untuk membangun dan mempertahankan bisnisnya di Jepang.
"Networking ini perlu dibina sehingga bisa membaca peluang tidak hanya di Jepang tapi juga di negara lainnya. Semoga acara ini bisa berjalan lancar," kata Azoo.

Webbinar ini menghadirkan 2 pembicara, yakni Owner Hanamaza Pan Bakery Halal di Jepang, Siti Nurjannah; dan Owner Opera Investment Grup (Furniture & F&B), Ryo Okawa. Siti Nurjannah menceritakan pengalamannya dalam membangun usaha roti halal di Jepang.
Siti mengungkapkan, awal yang baik untuk membuka bisnis yakni melihat kebutuhan masyarakat Jepang. Ia memutuskan membangun bisnis roti karena melihat pergeseran pola konsumsi masyarakat Jepang. "Alasan membuat bisnis roti karena di Jepang makanan pokok bergeser dari nasi ke roti," ungkapnya.
Siti juga melihat peluang banyaknya masyarakat muslim Jepang yang membutuhkan makanan halal. Menurutnya, agak sulit mencari roti yang halal di Jepang. "Jadi saya ingin memasuki unsur halal. Bakery-nya bagus tapi hampir semua tidak bisa dimakan," katanya.
Tidak hanya melihat peluang pasar, Siti juga melihat perkembangan teknologi yang memengaruhi konsumsi masyarakat. Dalam hal ini, masyarakat Jepang juga senang memesan makanan secara daring (online). "Karena itu, saya membidik online. Sehingga semua masyarakat Jepang bisa membeli produk saya," ungkapnya.
Setelah melihat peluang-peluang itu, Siti memberanikan diri untuk membuat bisnis roti halal. Namun, Siti mengaku mulanya tidak mengetahui untuk mulai dari mana.
Ia pun memberanikan diri untuk bertanya kepada pemerintah kota apakah ada program pebisnis untuk pemula. Siti berharap, jika ada program itu maka pemerintah kota akan memberikan bimbingan.
"Untungnya program itu ada. Dan saat saya datang, usianya baru satu bulan. Saya pun sudah lima tahun terus konsultasi seminggu [sepekan] sekali. Dan itu gratis," kata Siti.
Dari bimbingan itu, Siti belajar banyak hal mulai dari tata cara membangun toko roti hingga syarat-syarat yang harus dipenuhi. "Ternyata syaratnya cukup berat,untuk buat toko roti saja tidak boleh rumah induk," ungkapnya.
Bukan hanya itu, diatur juga soal dinding dan pembuangan airnya. "Karena itu, dari segi keuangan harus dipikir matang-matang. Tapi di sini ada pinjaman lunak, dan harus diangsur tiap tahun," katanya.
Kendati demikian, Siti membuktikan bahwa saat ini toko roti halal terbilang sukses. Pasalnya, Siti terus melakukan inovasi terhadap produk-produk rotinya. Bahkan, ia pernah diundang ke Festival Roti Jepang.
"Saya mencoba hanya membuat roti yang belum ada yang memasarkan. Dari produk itu saja banyak tawaran, jadi memang harus punya gebrakan," kata Siti.
Sedangkan Ryo menceritakan pengalamannya membuka usaha di Indonesia karena dilatarbelakangi dengan membantu perusahaan kelurganya di bidang furniture. Pertama kali masuk Indonesia, ia pernah tinggal di Jepara mencari bahan baku buat furniture di Jepang.
Banyak potensi market di Jepang. Modal utamanya adalah harus bisa melakukan identifikasi produk yang cocok dengan selera Jepang. Seperti kopi, orang Jepang suka kopi yang rasa asam, berbeda dengan rasa orang Indonesia.
Rya yang pernah bekerja selama 1,5 tahun di kantor hukum AZP Legal Consultants sebelum akhirnya membuka restoran Jepang, Fukuro, di wilayah SCBD bersama-sama dengan Azoo yang juga merupakan partner-nya di Indonesia, melanjutkan, orang Jepang juga menyukai masakan santan. Ia pun juga bermaksud untuk membuka restoran padang di Jepang.
Selain identifikasi market Jepang, inovasi produk juga menjadi hal yang penting bagi Ryo Okawa. Ia menambahkan, dibutuhkan juga komitmen, konsistensi, dan keberanian untuk menjalankan bisnis di Jepang.
Ia mengingatkan, masyarakat Jepang lebih suka produk yang memiliki kualitas bermutu tinggi. Karena itu, jangan sampai kualitas produk yang dihasilkan bermutu rendah.
"Selain itu, kalau mau bisnisnya melebar ke Jepang harus mencari partner bisnis. Ini kunci karena partner bisnis dari Jepang bisa merekomendasikan teknik pemasaran dan sebagainya," kata Ryo.
Webinar ini cukup mendapat antusiasme dari pelaku UMKM Bumi Alumni. Tercatat 147 yang hadir yang tertarik mengupas dari para narasumber bagaimana menembus pasar di negara orang lain.
Ryo juga memberikan tips agar bisa sukses untuk membuka usaha di Jepang atau di negara manapun, yaitu ada 2 hal. Pertama, produk yang berkualitas dan kedua, mencari partner yang bisa dipercaya. Karena sebagai orang asing tentunya tidak mengetahui seluk beluk dinegara orang lain.
Dalam menjalankan usaha, kata Ryo, jangan pernah takut untuk membuat kesalahan, yang penting bagimana bisa belajar dari kesalahan tersebut.
Siti juga mengungkapkan rahasianya soal bisnis “roti halal”-nya di Jepang bisa berhasil, yaitu jangan pernah menyerah dalam melakukan segala sesuatunya. Jatuh bangun adalah hal yang biasa dalam berbisnis. "Oleh karenanya, dukungan dari keluarga sangat penting dalam menjalankan usaha apapun," ujarnya.