Yogyakarta, Gatra.com – Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta mengkritik adanya pendakian ke puncak Gunung Merapi. Meski untuk misi mitigasi, pendakian itu tidak dibenarkan.
Kepala Seksi Gunung Merapi BPPTKG Agus Budi Santoso menyebut adanya pendakian ke puncak Merapi. “Kemarin ada teman kita yang mendaki ke puncak. Itu tidak bisa dibenarkan karena dapat membahayakan diri sendiri,” kata dia dalam Siaran Informasi BPPTKG yang ditayangkan langsung di kanal Youtube BPPTKG, Sabtu (28/11).
Agus mengatakan kondisi tebing kawah Merapi saat ini tidak stabil. Beberapa waktu lalu BPPTKG juga menginfokan adanya guguran lava. “(Guguran) Ini sangat luar biasa. Volume sangat besar dan mengubah morfologi puncak,” katanya.
Untuk itu, kondisi di tebing kawah sangat berbahaya. "Kami sangat tidak menyarankan ada misi apapun, meski itu alasan mitigasi ke puncak Gunung Merapi,” ucapnya.
Menurut Agus, metode pemantauan BPPTKG saat ini semakin canggih. Perubahan morfologi dalam Merapi pun telah diamati dari berbagai sisi dengan teknologi yang memadai.
“Teknologi drone dan satelit memungkinkan mendapatkan data visual tanpa harus memasuki daerah bahaya. Jadi ini info yang perlu kami tekankan. Metode visual kami sudah cukup memadai. Sehingga tidak diperlukan misi ke puncak yang itu sangat berbahaya,” kata Agus.
BPPTKG telah mendapat banyak laporan soal adanya relawan yang mendaki ke puncak Merapi kemudian mengunggah video di media sosial. Agus menegaskan, BPPTKG menyesalkan tindakan relawan tersebut.
Gunung Merapi berstatus level III ‘Siaga’ sejak 5 November 2020. BPPTKG mengeluarkan beberapa rekomendasi, seperti larangan aktivitas lima kilometer dari puncak terlebih pendakian ke puncak.