Yogyakarta, Gatra.com – Salah satu program yang ada di Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) ‘Kinetic’ 2020 adalah Indonesian Films Splash. Program pemutaran film yang pernah hadir di 2015 itu hadir sebagai program yang menyoroti keragaman sineas Tanah Air. Program Indonesian Films Splash terdiri dari 2 film panjang dan 16 film pendek yang terbagi ke dalam 3 slot pemutaran.
Terhitung sejak 25 November 2020, seluruh film suguhan JAFF dapat disaksikan secara daring melalui kanal KlikFilm. Meski demikian, para penonton juga bisa menyaksikan secara luring di 15 kota di Indonesia. Indonesian Films Splash Shorts slot 1 berkesempatan untuk tayang secara langsung pada Jumat, 27 November 2020 pukul 17.00 di Komunitas Payung Sinema Jember dan Komunitas Sinekoci Palu. Lalu pada Sabtu, 28 November 2020 pukul 15.00 di Bandung Film Commission dan Rumata Art Space Makassar.
Rangkaian sinema tersebut terdiri atas 6 film pendek, di antaranya Frangipani Rising (2019), menceritakan mengenai kehidupan seseorang yang kesepian dan tanpa cinta, sehingga ia tak semangat melakukan apapun. Sampai suatu malam dia mengutuk bulan serta menyalahkannya atas takdirnya dan terjadilah sesuatu yang diluar dugaan.
Kedua, Commentary Tracks (2020), menggambarkan kehidupan seorang sutradara film amatir yang memikirkan tentang pembuatan film, buruh, dan orang Tionghoa selama karantina. Ketiga, Satu (The World is Me) (2020) mengisahkan nelayan yang bingung, harus bagaimana ketika ia pulang melaut dan menemukan jenazah dengan luka disekujur tubuhnya tergeletak di pantai.
Keempat, Belum Kebayang (Not Yet) (2020) sebuah karya dokumenter menuturkan mimpi-mimpi acak yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Kelima, Hai Guys Balik Lagi sama Gue, Tuhan!(2020), menarasikan bagaimana bila Tuhan versi jail itu ada. Terakhir, Goodnight, Stargazer (2019) merupakan karya fiksi tentang pengorbanan sepasang astronot ketika pulang dari sebuah misi dan menghadapi kerusakan pada pesawat mereka.
Ada dua film yang terinspirasi dari pandemi Covid-19. Sutradara Commentary Tracks, Bihar Jafarian dalam karyanya ingin menenangkan orang-orang bahwa tidak produktif dan bersantai di masa pandemi merupakan suatu hal wajar dan bukanlah masalah yang besar. Sementara, Aditia Santosa, sutradara film Satu (The World is Me) melihat bahwa keadaan tersebut membuat orang menjadi acuh satu dengan yang lain.
Sedangkan, Adriano Rudiman (Goodnight, Stargazer) mendapatkan ide cerita dari temannya seorang militer yang sering diberi misi dengan kemungkinan sulit untuk kembali lagi. Ketika itu, Adriano juga sedang mengerjakan tiga proyek dengan latar ruang angkasa, sehingga menggabungkan keduanya.
Berbeda dengan film arahan Winner Wijaya, Hai Guys Balik Lagi sama Gue, Tuhan! yang menggunakan drone untuk seluruh pengambilan gambar dalam filmnya. Winner menjuluki karyanya melalui sudut pandang Tuhan, karena posisi pengambilan gambar dari atas.
Berawal dari berkumpul bersama teman-temannya dan berbagi kisah mengenai mimpi satu sama lain, Steven Vicky Sumbodo mendokumentasikan obrolannya dalam film Belum Kebayang (Not Yet).
Keragaman ide dan bentuk dari sajian sinema Indonesian Films Splash Shorts slot 1 membuat program ini begitu berwarna. Situasi apapun dapat mengantarkan para sineas menghasilkan karya-karya yang unik dan memiliki berbagai rupa perspektif sehingga turut membawa udara segar pada bentuk-bentuk sinema sajian JAFF tahun ini.
Berdurasi 49 menit, berlangsung pula Q&A Indonesian Films Splash Shorts slot1 yang dimoderatori oleh Theo Maulana. “Menyenangkan menonton film dari teman-teman yang mana memang dari slot ini tidak ada satu benang merah yang sifatnya tematik secara isu, tetapi di slot ini kami lebih merayakan dari keberagaman bentuk mulai dari nuansa kelam hingga konyol sekali,” ujarnya.
Rangkaian Jogja-NETPAC Asian Film Festival ‘Kinetic’ masih berlangsung hingga 29 November 2020 secara daring melalui kanal KlikFilm dan luring di 15 kota di Indonesia.